Banyak permasalahan justru sebenarnya ada dipermukaan. Lah iya jelas, karena manusia hidup dipermukaan, Sehingga masalah permukaan sebenarnya masalah paling utama di semburan lumpur panas ini.
Untuk menjebatani diskusi tehnis tentang penanganan permukaan meliputi:
- Tanggul
- Pengaliran lumpur
- Pengaliran air
- dll
Saya memberi masukan caei cara yang bisa menghentikan lumpur.bukan seperti tanggul yang menahan hanya untuk sementara. Bagaimana jika menggunakan hulu ledak bom yang cukup besar untuk membongkar/menutup tanah.bom tersebut di masukan dengan cara di bor masuk lalu di ledakan..
Mungkin tanggul yang di buat harus menggunakan beton jangan menggunakan tanah di karnakan tanah akan mudah larut dengan air maka akan bertambah nya debit lumpur yang akan di hasil kan makin bertambah parah sampai setinggi apapun tanggul itu di buat dari tanah akan mudah amblas ini saran saja coba buat tanggul menggunakan beton lalu di aliri ke permukaan laut yang mendekati lumpur tersebut tersebut mungkin tidak akan membanjiri pemukiman warga dan tidak harusembuang biaya yg besar untuk ganti rugi hanya sekali pembuatan tapi sangat eoisien memang biaya tidak sedikit tapi ini mungkin solusi yg terbaik bagi semua amin……
Kenyataan semburan lumpur lapindo belum berhenti dan tidak ada yang tau sampai kapan,……..
Sebaiknya kita analisa kembali penanganan semburan lumpur selama ini apakah sudah tepat atau ada yang bisa lebih di sempurnakan,….
Asumsi awal, anggaplah semburan lumpur itu tidak akan berhenti, hal ini untuk memungkinkan kita membuat perencanaan penanganan secara teknis yang lebih besar dan lebih sempurna.
Penanganan semburan lumpur itu bukanlah biaya yang terbuang percumah tapi infestasi yang besar yang akan mendapatkan hasil yang sangat besar bila di tangani dengan tepat, berapa juta kubik air yang dikeluarkan perut bumi dan berapa juta kubik tanah yang di keluarkan bumi,…. kalau saja kita bisa memanfaatkan limpahan alam ini,….
ya coba bayangkan kalau kita bisa membuat gunung dan hutan buatan,….
semburan lumpur akan menjadi karunia, akan menjadi gunung dan hutan buatan dengan mata air yang jernih dan tak pernah habis. …… bisa gak yach?….,….
Assallam muallaikum .. Yth Bpk Ibu..
Saya dari Timur Nusantara tepatnya di Maluku Utara – Ternate. Dengan ini menawar kan diri untuk membantu saudara2 kita yg terkena musibah di lumpur lapindo, singkat kata :
1. Insyallah bersama alam dan para leluhur kami dapat menghentikan luapan lumpur lapindo dalam beberapa bulan sesuai tahap-tahap.
2. Kami perlu dukungan Alat berat dan tenaga manusia untuk menata kembali bekas lokasi lumpur dengan Reboisasi ( untuk mengembalikan fungsi tanah) terhadap alam.
3. Kami perlu dukungan untuk dapat bermediasi dengan para alim ulama disekitar lokasi terdekat.
4. Alamat : Ternate – Skep (surat keputusan).. no hp : 082189244502 Maya /082346950408 Rudi.
5. Hal lain akan di bicarakan setelah kami di hubungi..
Wassalam… Allahu Akbar..
Salam hormat Bapak/Ibu,
Perkenalkan saya Anton. Marketing untuk perusahaan yang bergerak dibidang penyewaan Dump truck. Atas nama : PT. SBP – Surabaya.
Kami memiliki unit armada yang index : 7 , 10 , 24.
Untuk unit armada kami memiliki 300 unit lebih. Siap dimobilisasikan ke seluruh wilayah Indonesia ; Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Lombok & Papua.
Apabila pihak perusahaan Bapak/Ibu membutuhkan Dump Truck untuk di rental, bisa menghubungi saya. Kemudiannya saya akan mengirimkan draft LOI untuk dikirim ke kantor kita. Bisa menghubungi saya baik via email maupun via telepon. Terimakasih atas kerjasamanya. Salam sukses selalu buat Bapak/Ibu.
Anton
HP : +6281263706029
Email : kartonosalwa30@gmail.com (alternativ)
Salam,…
aku tambah satu metode lagi yach untuk penanggulangan luapan lumpur agar tidak menyebar kemana-mana dan tidak mengotori kali porong yaitu metode lebah madu. Fungsi utama metode ini adalah mencegah agar lumpur tidak menyebar dan memisahkan air dengan tanah, maka luapan lumpur ini nantinya bisa bermanfaat…..
Berapa diameter lubang saat ini pada semburan lumpur lapindo ?
Berapa kedalaman/ketebalan lumpur dari dasar tanah ke permukaan lumpur ?
berapa jarak dari titik semburan ke tanggul ?
Data diatas kami perlukan apabila BPLS berkenan kami akan memberikan sumbangan untuk mengatasi lumpur lapindo dan bisa hub.saya di dddigos6@gmail.com atau ke 081911202757
Halo pak Abduahman: Saya sangat sependapat dan sepaham dengan bapak. mengenai system mengendalian luapan lumpur panas disidoarjo.Tapi bagaimana ya cara nya menyalurkan ide, apakah bapak2 yang berkompeten atau yang bertanggung jawab masaalah bencana ini mau mendengar kan saran / ide dari kita? Masaalanya adalah sejak bulan mai 2010 sampai sekarang saya sudah cobah kirim surat ke Bakrie group sebagai Ouner, dan TV One Sebagai Mediator . Bapak Gubernur dan Bapak Bupati sidoarjo sebagai Pemerintahan . Aneh nya kok sampai saat ini tidak ada tanggapan. Apakah Bapak2 itu tidak yakin dengan hasil karya anak bangsa sendiri. Teori saya dengan bapak ada persamaan . Bagai mana kalau kita shering atau kita padukan saja. demi menambah wawasan tentang tehnology penanggulan bencana luapan lumpur panas tsb. Jika setuju saya bisa dihubungi HP No 081321032694.
kami orang kalimantan ingin ikut membantu bencana yang menghantam jawa timur.
Andai orang bodoh dan tidak berpndidikan ini diperkenankan memberi gagasan, solusi utk smbura lumpur yg tepat dan menjadi alternatif adalah FILTER. Fiter inilah g harus dikmbangkan. dgn FILTER kita bisa meminimalisir amblasnya tanah. dan air smentara akan tetap mngalir. smentara tanah dan pasir pastinya akan tersaring. Dan dgn bgitu kita bisa dgn mudah mengimbangi tekanan. Presentasinya, jika 100rb kubik perhari danyg kita filter 1% saja, maka kita punya minimal 25 kubik tanah dan pasir yg brpungsi mmperkecil rongga dlm sumur smburan tsb. dari presentasi itu, maka dgn sndirinya smburan itu akan tertutup secara perlahan. 081318255778
mau numpang tanya, kalau tidak salah pihak BPLS sempat mengeluarkan nilai viskositas pada tahun 2007 lalu, berapa tepatnya nilai yang dikeluarkan BPLS pada waktu itu?
Bagaimana SDA yang keluar dari bumi ini kita manfaatkan. Dengan membuat mangkok terbalik berdiameter raksasa yang terbuat dari beton mutu tinggi yang tahan terhadap tekanan lumpur dari bumi, dengan tujuan membendung lumpur seperti halnya dengan keran air.
Mangkok bertekanan tinggi tersebut menyimpan sumber berbagai energi yang dapat dimanfaatkan, salah satu contohnya untuk PLTU.
Sumber energi yg ada:
-Gas
-Panas
-uap
Masa insinyur2 tehnik indonesia tidak mampu membuat desain mangkok tsb…
Mari kita bersama merubah bencana lumpur ini menjadi sumber energi yang tidak terhingga dan segera raih hikmahnya dari bencana ini.
Mohon perhatiannya Pak SBY, tolong kumpulkan Insinyur2 teknik indonesia untuk bersama menanggulanginya… bersatu kita teguh-bercerai kita runtuh.
Trim’s
teknologi apa yg efisien dan efektif untuk mengatasi masalah ini??
Menurut saya untuk menanggulangi tanggul-tanggul Lapindo alangkah baiknya kl diperkuat dengan tanamn akar wangi yang bisa mencapai 5 mtr setelah 3 Thn dari penanaman. bisa dilihat di situs web : vetiver.org
dan apabila mau mencoba saya siap untuk pengadaan bibit akar wanginya !
Perlu diketahui saya salah satu Produsen akar wangi di Kabupaten Garut Jabar.
Gregetan AMA LUMPUR LAPINDO.. ga SURUT-SURUT
menurut saya lumpur lapindo itu harus dipisahkan dari gas, cairan, dan padatan.
link langsung ke sumber mas..
http://www.bpls.go.id
semoga bermanfaat..
Masalah lumpur Lapindo 100% dapat diatasi/dicontrol
oleh putra2 terbaik bangsa ini, kenapa tidak dilakukan ?
orang bijak asal sei danau kalimatan selatan pernah berkata, katanya ” untuk menghentikan lumpur tersebut hanya dengan kacang ijo, tetapi yang melemparnya orang yang sampai akan ilmu nya”. percaya atau tidak wallahualam
link nya mas:
sbnarnya ada sih pak GHUNDUL, tapi susah buatnya. saya sendiri hanya melamun untuk bisa membuatnya. pokoknya apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk mengupayakannya, kita lakukan dari yang kecil dan diri kita sendiri
DI MANA YAA ORANG-ORANG PINTAR NEGERI INI..? KOK SEPI? BUKTINYA… SEMUA TEORI-TEORI ITU HASILNYA NIHIL…..KECEBUR LUMPUR PANAS ….MAK PLUNG… TEORINE JADI AJUR MUMUR……
ORANG-ORANG LAPINDO ITU CUMA MERUSAK ISI BUMI SAJA BISANYA…
PARA DOKTOR PROFESSOR DAN PARA DHUKUN ITU CUMA CARI UNTUNG DARI BENCANA SAJA……………
TEORI-TEORI PARA DOKTOR DAN PROFESOR KAMPUSAN TIDAK ADA APA-APANYA, APALAGI ILMUNYA PARA DOKTOR PROFESSOR NEGERI INI CUMA COPY PASTE DARI PARA DOKTOR PROFESSOR DARI BARAT SANA… MANA BISA MENANGANI KASUS LUMPUR LAPINDO YANG TIDAK ADA CONTOHNYA DI BARAT SANA……(MAAF YA …!TEORI AKAN SEGERA DIBUAT, KARENA INI KASUS KHUSUS…. DAN KITA SUDAH TERLAMBAT)
KALO PINGIN TAHU CARA MENYUMBAT ATAU MENGHENTIKAN SEMBURAN LUMPUR PANAS….. BEGINI :
TANYAKAN KEPADA YANG MEMBUAT LUMPUR. PASTI DIA TAHU…..
DIA TELAH MEMBUAT BUMI SEISINYA
DIA TELAH MERAWAT CIPTAANNYA
DIA TELAH MENUNJUK MANUSIA-MANUSIA YANG DIPERCAYAINYA UNTUK IKUT MENJAGA DAN MERAWAT BUMI SEISINYA……
MANUSIA-MANUSIA INI ADALAH PARA KEKASIHNYA, YANG HIDUPNYA TULUS UNTUK MENGABDI KEPADA PENCIPTANYA, MELAKSANAKAN TUGAS MERAWAT DAN MENJAGA BUMI KARENA PERINTAHNYA SEMATA…..
TEMUKANLAH DIA……..! PEMBAWA KUNCI DUNIA YANG TIDAK TERGODA OLEH IMING-IMING GEMERLAP DUNIA, DIA BERSAMA ORANG-ORANG YANG TERHINA JAUH DARI ISTANA.
TUHAN MENITIPKAN KUNCI DUNIA, TERMASUK KUNCI SOLUSI LAPINDO, KEPADANYA.
YUSUF KALLA KAROAN ABU RIZAL BIYEN KAN WIS DIKANDANI SAK DURUNGE TEMPAT IKU DI BOR, TAPI MBRENGKEL AE AREK LORO IKU…. SING DIPIKIR UNTUNG GEDHE AE
MBOK YO MIKIR WONG CILIK SING TERTINDAS PO’O REEEK REK…!
Om, kalo begitu utang di pak Bon..lunas tuntas!!!
Maka “amal” yang barusan, termasuk yang dari pak Inyo…. adalah
untuk DEPOSIT panjang umur!
Om, kalo begitu utang di pak Bon..lunas tuntas!!!
Maka amal yang barusan adalah untuk DEPOSIT panjang umur!
Mas anjaya, “inceng” ceritanya Pakde di :
http://rovicky.wordpress.com/2007/05/Mei 14th, 2007 — Rovicky
Sulitnya memasang tanggul yang tinggi – potensi problem pada “counter weight”
disitu sedikit diceritakan ttg teori “Ceker Ayam” dan “Ceker Bebek”
sayangnya Pakdhe ga nambah teori Cekernya Werkudoro dan Cekernya Joko Tingkir, pdhl:
– Ceker Werkudoro :
yg konon ceritanya sangat kokoh, segoro kidul/samudera pasific hanya setinggi lutut/dengkulnya
tapi klo dihubungkan dengan era skr ceker tsb merupakan design mesin yg sangat terintegrasi dr mulai “telapak kaki ” hingga “ujung rambutnya”.
– Ceker Joko Tingkir :
bisa berjalan diatas air/sungai sesuai perintahnya kepada si buaya yg menopangnya…design mesin ini inti terintegrasinya terletak pada telapaknya yaitu “buaya sbg remote”, sdg joko tingkir adl sbg control center-nya
nah skr silakan pilih sendiri”ceker” mana yg terbaik menurut mas Anjaya yg dapat “dimasak”…eh.. dihitung safety factornya ?:-))
terima kasih pak de, Om, pak usil
karena kajian saya pada aspek matematis (simulasi model) baik rembesan maupun luberan sebagaimana yang disarankan. lalu apakah tanggul LUSI dapat dihitung safety factornya ? Sehingga kita dapat mengetahui desain optimal tanggul tersebut. Nah, menurut anda persamaan atau model matematis yang mewakili fenomena (rembesan dan luberan) tsb ? Sebab saya cari di beberapa referensi maupun internet masih bersifat teoritis. atau mungkin pak de punya referensi yg terkait langsung dengan Lusi ini. sekali lagi terima kasih
Pak Usil, maksudnya “nyaur utang” bolehnya nggabro Pak Bon ? Sudah tak saur dulu-dulu!!.
Mas Anjaya, kalau mau desain tanggul Lapindo,mestinya beda dengan tanggul bengawan Sala dan beda pula dengan tanggul lahar G.Merapi atau Semeru.
Mungkin perlu identifikasi masalah yang menyangkut ketahanan tanggul terhadap beban hidrostatik, kemungkinan terjadinya subsidence yang akan berakibat overflow (meluap) ,kemungkinan terjadi rembesan (seepage) dll.
Kalau untuk tanggul Bengawan Sala, disamping ketahanan terhadan beban hidrostatis, juga ketahanan terhadap erosi akibat aliran (hidrodinamis), sedang tanggul lahar G.Merapi , disamping tahan erosi ,terutama juga harus tahan hantaman (impact) dari material lahar dingin berkecepatan tinggi dengan berat jenisnya 2 ton/m3 ditambah batu-batu vulkanik yang gede-gede sampai sebesar truck (garis tengah 4 – 5 m).
Jadi masing-masing tanggul punya karakteristik unjuk kerja (performance) sendiri-sendiri sesuai fungsinya.
Saya sarankan, untuk desain tanggul Lusi, pertimbangannya pada 2 hal, yaitu rembesan dan luapan/luberan. Untuk rembesan mungkin bisa dibuat simulasi model matematika ( 2 dimensi atau 3 dimensi), sedang untuk luberan berkaitan erat dengan subsidence dan debit masuk dan keluarnya lumpur didalam area tanggul. Yang perlu menjadi catatan adalah desain tanggul yang anda buat adalah untuk tanggul permanen,bukan tanggul darurat seperti yang sudah ada sekarang. Karena tanggul permanen,maka anda tentukan dulu berapa TINGGI tanggul dihitung dari FONDASI dengan pengandaian tidak akan diadakan PENINGGIAN tanggul lagi,kecuali bila terjadi subsidence. Nanti akan ketemu berapa lebar kaki tanggul yang paling aman untuk ketinggian tertentu dan bahan yang cocok konstruksi tanggul. Selamat bertrial dan error semoga LULUS ujian.
Hoy!! mana rekan saya omPapang dan pak Inyo. Bantu dong pak Anjaya nya!
kaya pak Dhe gitu.
Om! anggap aja dengan gitu, udah “nyaur utang” yang dulu di-NGGABRO
dan di-NDHOGLAS dari pak Bon….grrrrrr!!
Anjaya ->
Kalau data-data semestinya ITS (Pak Amien Widodo – T Sipil), semstinya punya data lebih banyak ketimbang aku yang jauh dari lokasi Lusi binti LuLa ini.
Baca-baca saja dulu tentang “Safety engineering” terutama untuk pembuatan tanggul. Setelah itu tambahkan faktor “subsidence” atau penurunan tanah sebagai faktor risiko khususnya tanggul di Sidoarjo ini. Dalam T Sipil ada yg disebut settlement (akibat load/beban termasuk pemampatan), tapi ada juga yg mirip dengan itu yaitu subsidence (akibat penurunan).
Jadi perbedaan utamanya ada pada subsidence, ini dari sisi konstruksi. Satu lagi (barangkali) volume (kajian 3D) atau tinggi tanggul (kajian 1D) yg akan mencapai titik maksimum karena beban.
Assalamu’alaikum
Pak De, Pak R.Irawan dkk saya mau konsultasi
(maaf saya ulangi kembali)
Sehubungan dengan skripsi saya yang mengambil topik ttg Simulasi kekuatan tanggul (safety factor) lumpur lapindo. maka ada beberapa hal yang menjadi ganjalan hati saya :
1. Sebenarnya saya sendiri dari jurusan matematika, tapi karena dosen pembimbing saya memberikan paper yang berhubungan dengan kekeuatan tanggul bengawan solo dan belianya minta untuk meneliti kasus lumpur lapindo. nah, menurut bapak2 kira-kira yang saya teliti itu aspek mananya (matematis) ? dan batasan masalahnya seperti apa ? karena saya melihat tanggul lapindo berbeda dengan tanggul sungai.
2. trz, data-data tth lumpur lapindo yang berhubungan dengan TA saya, apakah bisa minta kita pak de atau yang lain ? dan yang terakhir, apakah saya bisa konsultasi langsung dengan bapak2 yg ada secara langsung ?
matur nuwun,
Anjaya ITS
0856 4593 7425
Iya… memang harus gitu jawabannya omPapang dan pak Inyo, sesuai
dengan respon yang ada hanya bersifat narasi.
Komen yang berat, disimpan dulu sampai datang partner seimbang.
ya..to Om?
Semburan terus jalan, tapi amblesan berhenti bisa saja terjadi, yaitu kalau sudah terjadi keseimbangan. Keseimbangan terjadi kalau tanah yang menjadi beban penyebab amblesan sudah tidak ada lagi, alias sudah ambles semua. Kejadian ini seperti tebing curam yang longsor. Kalau tebing sudah longsor, berarti beban berkurang. Oleh karena itu sisa tebing yang belum ikut longsor biasanya butuh beberapa waktu untuk dapat mencapai kondisi kritis yang dapat menyebabkan longsor lagi.
Untuk kasus Lusi ,kalau amblesa berhenti ,nantinya yang keluar hanya air saja , lumpurnya MBULEEET jalan ditempat saja.
Btw, pak Usil , yang MBULET lumpurnya lho,bukan jawaban ompapang.
Ya…kalo tunggu MELUBER SENDIRI SAMPAI KELAUT, gak perlu
usaha apapun, akan jadi dengan sendirinya to? Lalu berapa besar
kerugiannya? Kalo memang udah gak ketemu cara lain lagi, ya….apa
boleh buat.
Tapi sepanjang masih ada kesempatan untuk mencari solusi yang
lebih baik, tetap harus diupayakan. Inilah cara kita ber-empati pada
rakyat Porong. Pak Inyo! semoga….
Bang Rud, klo pingin “… kembali ke ide dasar” silakan intip posting Pakhe http://rovicky.wordpress.com/2006/11/23/salam-duka-daerah-ini-wajar-ditenggelamkan-ditimbun/
Piye…? wong kita ini bukan dikasih “bencana” ama Tuhan koq.., tapi dikasih “materi ujian” yg harus dikerjakan spy kita2 ini jadi lbh “pinter” tp ga “keminter”, lha klo kita biarkan aja ujian tsb. sia2, bisa2 kita kena “DO” dariNya donk !!,
Ya ga Pak Usil…?
Walah..walah..
Nunggu amblesan berhenti = nunggu semburannya berhenti
Pakai pengapung/kanal ditinggikan = waktu turun/goyangan dari pengapung konstruksi retak2 = konstruksi harus bisa flexible, pakai apa bahannya? gimana kekuatannya? pakai apa pasang nozzle nya?
Wahh.. Mumet…..
Bubar deh… kembali ke ide dasar… biarkan meluber sendiri sampai ke laut…
Pak Inyo, aku sudah bilang kanal V BOLEH dibangun kalau amblesan sudah berhenti, itu yang paling aman untuk keselamatan SDM dan konstruksinya. Namun bila diinginkan membuat semacam PONTON (pengapung) yang menyangga konstruksi kanal V, dapat dibuat dari Box Culvert (gorong-gorong kotak ) yang diisi dengan styrofoam (gabus plastik) dan kedua ujungnya ditutup rapat. Styrofoam mencegah Ponton kemasukan air ,sehingga walau bocor tetap bisa mengapung. Sedang untuk bisa mengapung, volume stryrofoam minimal 4 kali volume beton dengan pengandaian B J beton bertulang = 3,5 Ton/m3 ditambah volume sesuai berat beban konstruksi yang disangganya. Bila ponton dibuat dari plat besi tebal 10 mm, maka dengan pengandaian BJ besi = 7 Ton/m3,maka volume rongga yang diisi stryrofoam minimal 8 kali ditambah volume setara beban yang disangganya.
Btw, kalau amblesan sudah dapat diramalkan misal bakal turun 10 meter dalam waktu setahun, mending kemiringan dihulu Kanal V pada mulut kanal ditinggikan 10 meter yang menjadikan kanal V menukik tajam,sehingga nanti kalau menjadi semakin landai akibat ambles 10 meter, kanal V masih dapat megalirkan air sesuai desain normal.
hehehe… :-)) P. Usil
OmPapang, utk ngatas’in efek subsidence dr kanal-v-nya Pak RIrawan, gimana klo kanal-v tsb disangga dg tiang
hidrolik yg dibawahnya terlebih dahulu dibuatkan papan apung( semacam kapal tongkang yg ditenggah2nya
terpasang tiang hidrolik, lha tongkang2 tsb ditaruh pd pond2) naik/turunnya tiang hidrolik tsb bisa terkontrol
secara automatic ato dikendalikan/remote tujuannya supaya ketinggian kanal-v tetap konstan:
– utk automatic system ??: ….silakan di respon… !!
– utk remote system(SCADA) ??: …..silakan di respon…!!
Gimana Om ?? saya ga tau lagi klo bumi Porong tiba2 “Ambrol” lho, mungkin konsep tsb juga ikut “almarhum”
Whalah…gak disangka dapat teman seide. Pak Inyo, elmu NGEWARKOP dan
NGEBAKSO itu sulit lho…pak! Ada formulanya dan bisa DIMISTIK lagi. Tapi
formulanya hanya omPapang yang tahu, usil gak bisa! Yang pasti, hasilnya
untuk MENJARING.
sorry OmPapang/P. Usil, saya salah ngerespon maksudnya sy setuju respon OmPapang, kita “nge-warkop” disini dulu biar “warung-nya” tambah rame, OK ?
Dear: Pak dhe Roficky
Posting saya Juli 14th, 2007 at 8:53 am, point 1, maksudnya spy ga terjadi
“Rebutan ide2” spt contohnya ide Enceng gondoknya P. Santos tgl. Juli 16th, 2007 at 1:32 pm yg notabene
sdh lbh dulu Pak dhe postingkan tgl. 12-8-2006, semisal ide2 tsb dikasih menu tersendiri(gampang nyarinya) tentunya
sblm P. santos mempostingkan “ide/gagasannya” beliau akan buka lbh dulu menu “IDE”,
beliau pasti nyari2 dulu kira2 idenya tsb sdh ada yg posting blom? lha klo ide2 tsb nyarinya mudah
maybe P. Santos ga bakalan ngajukan usulan2 tapi menanggapi ide2 dr Pak Dhe, gitu!
menu IDE tsb kira2 di-upgrade gini lho Pakdhe:
di menu utama Hot Mud Flow in East Java dibuat gini lah yaouu..:
| Awal | About | BPJ-1 data sheet I Diskusi | IDE | Foto (Detik.com) | Maps | Disclaimers |
Gaiama Pakdhe ??
utk OmPapang sy juga setuju respon P, Usil, kita “nge-warkop” disini dulu biar “warung-nya” tambah rame, OK ?
Lha…Om, kalo setahun BPLS gagal mlulu…akhirnya toh Kanal-V+NOH
akan laku juga, ngkali! Siapa tahu?
Sudah keburu nyebrang…apalagi diseberang sana sudah ada salam
buat Om dan pak Dhe, intip deh!
Pak Usil, mau nyebrang kemana? Kanal V juga termasuk untuk penanganan permukaan. Lagian pengambil keputusan setuju gak dengan konsep kanal V. Kalau setuju dengan metode itu kan tinggal pakai etungannya pak RIrawan dan mungkin gak perlu simulasi dikomputer seperti HDCB, model miniatur skala 1:10 mungkin perlu untuk meyakinkan tingkat keefektifannya.
KATANYA MO BAHAS KANAL-V, KOK POSTINGNYA DISINI?
NYEBRANG….YUK!
Pak Usil kagak ada matenye ( Jw : Pak Usil boten wonten paningalipun … he he he)
Kembali ke…laptop!!!
Selain pak Inyo dan saya yang sependapat bahwa untuk saat ini metode
kanal-V (RIrawan) + NOH Nozzle Ompapang & Herman yang paling
ketemu nalar untuk mengatasi Lula, mungkin juga masih ada kawan2 lain
yang sependapat.
Dari tiga orang pencipta metode diatas, hanya omPapang yang masih aktif.
Pak Herman sudah lama gak muncul. Sedangkan RIrawan baru bisa aktif
akhir Agustus (menurut pak Dhe).
Pertanyaannya: Apa diskusi bisa berjalan smooth?
Kalo ada pembahasan tentang Nozzle, tentu omPapang bisa mewakili pak
Herman untuk menjawab. Tapi kalo ada pertanyaan diseputar rumus kanal-V
RIrawan, apa Usil yang harus jawab? Whalaaah!! mate aku….
OmPapang, sy iseng2 nanya neh, klo teknik ENCENG GONDOK diterapkan, trus suatu saat nanti(maybe..sekian ribu/juta th kmd) terjadi siklus ke 2 (teori Sumantri),
kmd dikelola oleh “LAPINDO PART-II”, gimana?? 😛
apa ga lbh baek menyempurnakan kanal-Vnya pak RIrawan
Tapi apa ECENG GONDOK bisa tahan/hidup dengan suhu yang begitu tinggi? Katanya telur aja bisa mateng hanya dalam beberapa menit.
btw: Sama Om! Usil juga sependapat (lho kok ngikut Om terus!?)
Dasar! Guru kencing berlari, murid kencing berdiri…? he..2x
Maaf Pak.Dhe kulo baru ikutan nge blog pada Mei’07 ,padahal usulan bapak suanget
baik sekali dan bermangpaat, tapi memang yang ngebacanya gak ambil peduli ??????
semisalnya dari pemerintahan dan pihak terkait apakah kira2 meng-
ijinkan kalo ada pihak swasta yang mau mensponsori proyek ECENG GONDOK tsb,
mengingat lahan/pond penampungan setelah proses jual beli dengan penduduk sudah
menjadi milik LBI,dan juga segi keamanan untuk daerah itu dari amblesan ? matur nuwun atas advisnya.
usulan ini sudah aku posting sejak Agustus tahun lalu
Tapi ya ga ada yg baca … ga peduli kali ya 😦
Minggu lalu tepatnya pada tgl 10/07/07 selama 2hari saya mendapatkan tugas dari kantor untuk ke jatim dan melalui jalan raya Porong, 2x pp lewat jalan raya Porong tsb
hanya mengalami traffic kurang lebih 30menit mulai dari exit tol gempol s/d Jelapanan,
sambil lewat sempat memperhatikan keadaan rumah penduduk yang sebahagian sudah
tertutup lumpur sampai genting dan pohon2 yang meranggas,membaca usulan Bpk.Santos agar di pond penampungan LuLa binti LuSi ditanami ECENG GONDOK, dan ulasan dari OmPapang mengenai kemungkinan terjadinya proses lumpur tsb, maka saya mengusulkan agar dari IPB segera mengadakan survey untuk usulan pem-
biakan tanaman ECENG GONDOK tsb,karena seperti yang kita sudah ketahui sekarang dari serat batang tanaman Eceng Gondok bernilai ekonomis cukup baik untuk dapat dibuat sebagai kerajinan karena
mengingat sekian puluh hektar pond yang hanya menampung LuSi tanpa pemanfaatan
dengan sendirinya RKL akan mendapatkan alternative peng-
hasilan dari tanaman Eceng Gondok tsb,salam
Pak Dhe, menurutku sementara seperti ini dulu , hanya yang kesasar memposting ketopik yang tidak relevan,diminta posting ulang pada topik yang sesuai sehingga diskusi bisa nyambung, kecuali sekedar intermezo seperti komen saya sama pak Usil.
Bagus juga usulan Pak Santos, enceng gondok akan memperbesar evapotranpirasi sehingga mempercepat penguapan air yang berarti mengurangi beban biaya untuk pembuangan air. Ahli botani atau pertanian mungkin bisa memperkirakan jumlah air yang diuapkan melalui evapotranspirasi enceng gondok per hektar-hari.
Btw, menurut teori Sumantri, air yang keluar dari kedalaman bumi Porong mungkin adalah air danau purba yang terjebak oleh hamparan enceng gondok yang dihujani material padat dari gunung api yang meletus pada jutaan tahun yang lalu. Karena rapatnya tumbuhan enceng gondok maka debu dan kerikil dari gunung api tersebut tertahan dipermukaan danau oleh jaringan selulosa enceng gondok dan menjebak air yang ada dibawahnya sampai pada akhirnya karena proses berlangsung ribuan tahun maka lapisan penjebak tersebut menjadi batuan dan enceng gondoknya beserta binatang lainnya menjadi gas yang akan dimanfaatkan oleh Lapindo.
Jadi ibarat menyembuhkan penyakit, atau gigitan ular, kita menggunakan unsur yang menjadi penyebab penyakit. Semacam SERUM begitu. Misal untuk menghilangkan pengaruh racun gigitan ular cobra, kita gunakan SERUM anti racun Cobra yang dibuat dari bisa ular jenis cobra itu sendiri. Demikian juga untuk mengatasi banjir lumpur Lapindo yang berasal dari jebakan enceng gondok purba, kita gunakan enceng gondok pula.
Menurut saya cukup menarik usulan Pak santos ini untuk dikaji dan ditindak lanjuti.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kepada Yth. BPLS, saya selaku penduduk surabaya dan WNI ingin memberikan sedikit masukan dalam menanggulangi lumpur lapindo sidoarjo, yaitu dengan menyebarkan tanaman enceng gondok pada kolam-kolam penampungan sedemikian hingga dan sebisa mungkin seluruh permukaan air pada kolam-kolam penampungan tertutup oleh tanaman enceng gondok.
Masukan diatas berdasarkan pertimbangan bahwa tanaman enceng gondok mampu bertahan pada kondisi seburuk apapun, baik cuaca maupun air tempat dia hidup. Tanaman enceng gondok insya’ allah mampu hidup dan berkembang dengan baik di kolam-kolam penampungan yang notabene komposisi dari lumpur tersebut masih mengandung banyak air. Hal ini diharapkan dapat mengurangi volume lumpur pada kolam-kolam penampungan.
Mengingat massa jenis air lebih kecil daripada massa jenis lumpur (tanah liat/clay) maka akan terjadi semacam campuran heterogen, dimana air akan terletak di bagian atas dari lumpur (tanah liat/clay) dengan garis batas yang jelas
Untuk mengimbangi pertambahan volume lumpur akibat debit semburan lumpur yang tak terhentikan, maka penggunaan tananam enceng gondok diharapkan mampu untuk mengurangi volume lumpur dengan diserapnya air yang terkandung di dalamnya sehingga volume lumpur pada kolam-kolam penampungan akan tetap stabil lebih-lebih akan berkurang.
Hal ini sesuai hukum alam : “segala sesuatu yang bertambah akan terus bertambah jika tidak ada yang menguranginya ”
semoga usulan yang disebut dengan proyek “ENCENG GONDOK” yang dinilai ekonomis ini mampu terrealisasikan dan mencapai tujuan. Amin
Jadi minta dibuatin apa lagi Ompapang , Usil ?
dibawah menu bawah permukaan ada apa dan apa let me know ya
thx
O o o….ternyata filsafat WARNA begitu ya om? Usil tahu, yang ginian
hanya orang yang pernah dinegeri Belanda yang paham tentang aneka
WARNA, karena pasti lagi kangen sama bunga TULIP. Ya to Om? he…2x
Pak Usil, setuju tidak dicampur. Yang bisa dicampur itu PUTIH telur dan KUNING telur diaduk jadi omelet, sedang HITAM sama KUNING saya belum pernah mendengar bisa dicampur apa nggak. Apa pak Usil pernah tahu orang NEGRO yang HITAM kawin sama orang JEPANG yang KUNING, belum kan ? Kalau John Lenon yang putih dan Yoko Ono yang kuning kan pernah jadi suami isteri. Jadi hitam dan kuning tidak bisa dicampur. Ular welang saja hitam kuningnya diselang seling silih berganti,tidak dicampur warnanya.
Ah!! asyik ini, ciri chas gaya omPapang sudah muncul.
Saya juga dukung ide pak Inyo tentang MENU TERSENDIRI
agar pembahasan “teknik” tidak campur aduk dengan yang lain.
Tentu saja kalo Ownernya memberi izin….kalo bisa begitu, kliur
dari blog ini akan makin mantap tidak campur aduk antara hitam
dan kuning….ya to Om?
Pak Inyo, karena sulit cari sumber dananya, maka waktu saya menjawab pertanyaan Pak Wonokairun, KAPAN sebaiknya kanal dibuat, saya jawab secara teknis “kalau amblesan sudah berhenti kanal V BOLEH dibangun”. Kalau saya jawab yang non teknis, bisa saja pertanyaan KAPAN itu saya jawab misal :KALAU DISETUJUI PENGAMBIL KEPUTUSAN yang secara otomatis mesti SUDAH ADA UANGNYA.Jadi jawaban teknisnya adalah BOLEH atau TIDAK BOLEH DIBANGUN.Sedang jawaban non teknis adalah DISETUJUI ATAU TIDAK DISETUJUI, dengan konsekwensi sudah ada dananya (dari Lapindo atau Pemerintah) bila ada persetujuan.
Kata Pak Yanatan ,yang paling sulit itu mendapat PERSETUJUAN dari pengambil keputusan.! Iya to Pak Yanatan ?
YTH.Pakdhe Vicky
Please:
1. utk ide2 yg telah ada di blog ini dibuatkan topik/menu tersendiri biar nyari/ngupasnya
gampang, misal ide2 dari Pak RIrawan, Pak Dedi Ganedi, Pak Syahraz, Pak Bambang bahriro,…dll.
2. utk info2 teknik dan non teknik dipisahkan, khusus info tekniknya klo bisa update tiap hari.
biar blog ini bener2 bisa jadi “base-nya” informasi bencana lumpur sidoarjo.
3. utk OmPapang, sebenarnya utk penanganan permukaan itu scr teknik mudah lho Om, yg sulit itu
cari sumber dananya, ibarat “orang cari kerja itu gampang ada di-mana2, tp yg mbayari itu yg pada ga mau ??” klo misal bencana LUSI itu bisa dibuat spt kompetisi spak bola, dll. pasti banyak psh gede2 yg berebut ngajukan proporsal utk jadi sponsornya, aneh Om yah??
Artinya, solusi utama, marilah kita berdoa bersama2 supaya amblesan bisa berhenti dulu…..
Sebab tak ada cara apapun yg bisa dilakukan untuk menghentikan fenomena amblesan ini.
Pak Wono, kalau sudah terjadi amblesan, mestinya gak bakalan menggunung. Jadi kalau amblesan sudah berhenti boleh dibangun kanal V.Untuk memperoleh selisih tinggi (elevasi),maka kemiringan konstruksi kanal V RIrawan dibangun sesuai kanal kaskadenya pak Herman, sehingga tampak samping (penampang memanjang) sekilas seperti gigi gergaji. Kalau ingin lebih cepat alirannya dihembus dengan jet udara dari kompresor melalui deretan ratusan nosel memanjang kearah hilir.
Pak Ompapang,
kapan sebaiknya kanal itu dibuat ? saat ini atau nanti kalau sudah menggunung supaya memperoleh selisih tinggi (elevasi) yang cukup utk mengalirkan ?
Pak Inyo & Pak Dhe, untuk penanganan permukaan aku cenderung mantep pada kanal V nya pak RIrawan, kendalanya mungkin pada terjadinya amblesan disekitar semburan. Jadi kalau area amblesan sudah diketahui tidak tambah luas ,maka mulai dibibir amblesan itu dipasang kanal V menuju laut. Tapi kalau amblesannya menggerogoti makin luas ya sulit penanganan permukaannya.
Barangkali kalau amblesan sudah luas sekali, material padat sudah mengendap lebih dulu dan yang mengalir tinggal airnya saja, sehingga siklusnya adalah dari bawah air bercampur gas, kemudian membawa material padat menjadi lumpur,sesudah sampai diatas terjadi pemisahan secara alami,material padat mengendap dan gas menguap,tinggalah air yang mengalir .
Iya ya … kayaknya diskusi kita rada adem-ayem setelah SBY datang kemarin.
Emang SBY kmaren ngapain aja sih ?
Rasanya penanganan permukaan masih diliputi permasalahan ganti rugi.
YTH: Pak Rovicky ‘N Ompapang.
Wah..wah.. Kenapa koq diskusi2nya “MANDEG” yah?? mbok iya..oo diskusi2 Bapak tsb. juga ditayangkan tiap hari/minggu di media elektronik(TV), biar2 yg ga sempat/bisa “internet’an” bisa “dpt tambahan ilmu, syukur2 bisa urun-rembuk” juga.
menurut saya sebagai pelajar..
emang ini susah ditangani…Oleh karena itu, saya mempunyai usul yaitu
Bagaimana kalau lumpur ini di aliri ke Pantai lepas..mungkin susah untuk dialirinya…tapi saya mempunyai ide dari KETOK MAGIC…sepengetahuan saya dan saya dengar…yang membetulkan mobil yang penyok adalah JIN..nach, dari situ saya mempunyai ide..bagaimana kalau kita bekerjasama dengan para mahkluk JIN..untuk membantu mengangkat luMpur yang sebegitu banyak..yang bisa merusak Pulau2 di Indonesia…Jadi, tidak merusak pulau….dan kalau di laut lepas..Lumayan tidak merugikan mahkluk2 di laut.. Itu saja yang saya sarani..Tolong di pertimbangkan ya..
Pak RIrawan sedang sibuk bekerja katanya :
Ralat :
Maksud saya agar Bapak saya bisa menghubungi Pak RIrawan.
Terima kasih
DH Pak RIrawan,
Bolehkah saya mengetahui no telepon yang nantinya bisa dihubungi oleh Bapak, untuk diskusi tentang bola beton ?
Terima kasih
Trimakasih pak Janatan, om Papang, pak Arsolim atas ide dan saran2nya. Ilmu dan ide saya segini dulu. Kalau sudah masuk detail teknis pelaksanaan saya gak bisa ngomong apa-apa (manggut2 saja). Sekali lagi, pemikiran saya terbalik, bukannya mempercepat pembuangan lumpur tapi memperlambatnya, shingga kita berhadapan dengan debit yang lebih kecil (sesuai kemampuan maksimal para ahli yang bertugas) per harinya.
Tapi ya itu akibatnya besar di biaya dan penggunaan energinya. Tapi tetep nanti saya coba untuk mencari jenis pompa yang tepat.
Cuma saran: apa sudah ada yang menghubungi Prof. Yohanes, yang sukses menangani tim olimpiade fisika indonesia, untuk meminta saran-sarannya?
Ide dan pemikiran beliau pasti tokcer.
Tapi pak Miki saran saya, berhubung sangat sulit mencari pompa dengan diameter Discharge port selebar 1.15M, maka lebih praktis kalau muara / ujung pipa (dekat semburan) dibuat bercabang dua, yang dibawah tempat masuknya lumpur dan yang satu agak keatas kita kasih HIGH-SPEED BLOWER selebar diameter pipa untuk mendorong lumpur (seperti kerjanya propeller pesawat), kalau perlu ditambah 1 cabang lagi untuk masuknya semprotan air sehingga lumpur tidak terlalu kental.
Trims ompapang, tapi jangan salah sangka om saya cuma tertantang untuk mencarikan pompa lumpur macam apa yang paling cocok untuk lumpur lapindo terutama setelah terima masukan dari Bu Himme dan om sendiri, jadi dalam hal ini saya bukan ahli pompa om apalagi sebagai dosen pompa untuk memberi kuliah pada Mas MIKI, mohon maaf !
Mungkin Pak Yanatan dapat membantu pak Miki dan pak Arsolim mengenai pompa lumpur. Saya yakin beliau ahli dalam hal ini.
Waduh Pak Arsolim, saya tahunya cuma fisika dasar. Tapi besok coba saya cari rumus pompa di perpustakaan dan warnet.
Ide saya besar di pembiayaan pengadaan dam, pipa dan POMPA. Pompa efisiensi maksimal 80% yang di pasaran ada ya?
Saya sudah membaca tulisannya pak Irawan. Gak mudeng.
Tapi keliatannya ada kesulitan cara membangun kanal v dari pusat semburan.(mohon maaf kalau saya salah-saya tidak ada maksud merendahkan expert seperti pak Irawan) Dan kemiringan pipanya tinggi. Tapi efektif di biaya dan efisiensi energi dll.
Nah kalau ide saya kebalikannya. Dari tepian terluar luberan lumpur dan horizontal. Jadi mungkin mudah pemasangannya (kalau ide para ahli yang di web ini kan kebanyakan vertikal ke atas) dan tidak perlu melawan suhu tinggi. Tinggal mencari pipa dan pompa yang tepat dan memasang sejumlah yang diperlukan agar lumpur tetap mengalir. Cuma mungkin butuh pompa ratusan atau ribuan. Jadi tidak efektif di biaya dan energi. Kalau Pak Arsolim berkenan, saya dibantu dong pak, jadi penasaran pingin tahu brp buah pompa yang diperlukan dan jarak antar pompanya (Asumsi untuk 1 pipa sepanjang 7,1 km memuat 15.000 ton lumpur dengan BD rata-rata 2, yang pasti 1 pipa butuh puluhan atau ratusan pompa dengan jarak tertentu antar pompanya).
Terima kasih banyak kalau pak Arsolim atau yang lain berkenan membantu.
Waduh Pak Arsolim, saya tahunya cuma fisika dasar. Tapi besok coba saya cari rumus pompa di perpustakaan dan warnet.
Ide saya besar di pembiayaan pengadaan dam, pipa dan POMPA. Pompa efisiensi maksimal 80% yang di pasaran ada ya?
Saya sudah membaca tulisannya pak Irawan. Gak mudeng.
Tapi keliatannya ada kesulitan cara membangun kanal v dari pusat semburan.(mohon maaf kalau saya salah-saya tidak ada maksud merendahkan expert seperti pak Irawan) Dan kemiringan pipanya tinggi. Tapi efektif di biaya dan efisiensi energi dll.
Nah kalau ide saya kebalikannya. Dari tepian terluar luberan lumpur dan horizontal. Jadi mungkin mudah pemasangannya (kalau ide para ahli yang di web ini kan kebanyakan vertikal ke atas) dan tidak perlu melawan suhu tinggi. Tinggal mencari pipa dan pompa yang tepat dan memasang sejumlah yang diperlukan agar lumpur tetap mengalir. Cuma mungkin butuh pompa ratusan atau ribuan. Jadi tidak efektif di biaya dan energi. Kalau Pak Arsolim berkenan, saya dibantu dong pak, jadi penasaran pingin tahu brp buah pompa yang diperlukan. (Asumsi untuk 1 pipa sepanjang 7,1 km memuat 15.000 ton lumpur dengan BD rata-rata 2).
Terima kasih banyak kalau pak Arsolim atau yang lain berkenan membantu.
Met pagi mas.Miki & pak.Arsolim, ikut nimbrung donk masalah si LuSi yang bikin semua orang pada pusiiing! jadinya,saya usulkan yang dibuang airnya saja kekali
Porong sedang lumpur padatnya dijadikan bahan baku untuk : Batako,paving block,
gerabah,genting,etc etc, cara mendapatkan lumpur padat yaitu dengan cara pakai
Polymer kemudian melalui proses beltPress/filterpress, maka kita
akan mendapatkan padatan dari si LuSi tsb,saya yakin para pengrajin akan sangat
senang untuk mengambil padatan bahan baku dengan gratis,utamakan para pen-
duduk sekitar Porong yang terkena dampak bencana tsb diberi bimbingan dalam cara
pembuatan barang2 tsb diatas,biaya2 yang keluar ditalangi dulu oleh LBI,nanti kalo
sudah laku terjual sebahagian hasilnya setelah dipotong untuk masyarakat yang ter-
libat kemudian disetorkan ke LBI ,jadi seluruh pen-
duduk dapat kerjaan dus mereka gak suntres terus sambil menungu kompensasi atas
ladang/sawah/pekarangan/rumah mereka yang terendam LuSi, salam
Pak Miki,
Untuk menghitung berapa kemiringan pipa supaya lumpur tetap mengalir tanpa pompa dan tidak mengendap mungkin anda perlu melihat itung-2an Mas RIrawan dengan kanal-V nya disini:
https://hotmudflow.files.wordpress.com/2007/04/mengalirkan_lumpur_secara_optimal_rev-02.doc
Catatan : sekarang lumpurnya bertambah pekat/kental, saya belum tahu apakah itungan tersebut masih harus direvisi terkait dengan situasi terkini.
kalau dengan pompa berapa kekuatan pompa yang diperlukan untuk mendorong lumpur dalam pipa sebanyak 300.000M3 atau 600.000TON kalau kita ambil BD rata2 lumpur sebesar 2
Nyambung tulisan saya tadi. (Harap maklum kalau ide saya konyol. Saya bukan orang teknik) dan menjawab pertanyaan Pak Arsolim (cepet banget to Pak responsnya, cuma 30menit).
Inti ide saya itu kita mengulur2 waktu(kalau boleh saya sebut gali lubang tutup lubang). Jadi kita bisa mengontrol maksimal berapa m3 lumpur yang akan kita tangani per hari. Lumpurnya tetep mengalir Pak.
Asumsi saya memasang pipanya mulai dari tepi terluar luberan lumpur sekarang. Bukan dari pusat semburan. Jadi pipanya g perlu terlalu miring2. Tapi butuh pompa buanyak. Saya sering liat sawah dengan sistem penyemprotan dengan pipa-pipa di tengah sawah. Nah ide saya berasal dari sana.
Trus jarak 7,1 km(saya belum liat peta jrk jarak 7,1 km dr tepi terluar luberan ini lokasinya di mana- saya lagi di daerah yang gada warnetnya- jadi nulis kolom diskusi ini pakai ponsel- tiap buka 1 page harus nunggu 1mnit-hehehe). saya asumsikan kita buat 4 dam. Masing masing 1 buah di utara, barat, timur, selatan. kita bisa membuat dam semi permanen. Kalau misal jarak 5 km ada lokasi yang menguntungkan ya kita ambil 5 km tapi dengan memperbanyak saluran yang ada. Atau kalau mau buat 2 dam ya berarti 20 pipa mengalir ke tiap-tiap dam.
Pipanya dibagi 40 saluran masing2 misalnya 10 pipa bermuara ke 1 dam. Jadi kita perlu 4 dam dengan total volume 750ribu m3. Atau masing-masing 187.500m3. Yang penting kita dapet 6 hari (sesuai asumsi saya kalau kita misal bisanya maksimal menangani 25000m3 per hari)
Jadi lumpur tidak langsung dibuang ke sungai porong tapi disimpan dulu di dam2 karena kita lihat debit 150.000m3/hari gada yang bisa menangani sampai 1 tahun. Jadi ya kita sebaiknya berhadapan dengan debit yang lebih kecil. Saya asumsikan kalau para ahli itu bisanya menangani maksimal 25.000m3/hari ya “bermainnya” skala itu saja. Jangan besar2.
Yang kedua kasian sungai porong dan selat madura kalau ditambahi lumpur 150.000m3/hari. Kan kita tidak tahu sampai kapan lumpur ini habis.
Yang ketiga selama 6 hari (1hari di pipa, 5 hari di dam) kita bisa mengambil sebagian lumpur tadi untuk keperluan lain dan tidak seluruhnya dibuang ke sungai atau laut.
Pak MIKI problemnya :
Apakah selama 2 hari tersebut lumpurnya tidak mengedap / mengering dalam pipa
berapa kemiringan pipa sepanjang 283KM supaya lumpur bisa terus mengalir didalam pipa.
Kalau memang bisa membuang lumpur dengan cara melalui pipa, kenapa tidak membuang saja lumpur dari pusat semburan langsung ke sungai Porong melalui pipa tersebut, kemungkinan panjang pipa yang diperlukan tidak sampai 5KM.
Saya bukan ahli, cuma ingin urun rembuk saja. Pemikiran sederhana saya begini:
bayangkan kita dipaksa berhutang oleh seseorang dan kita tidak mungkin menolak keinginan orang itu karena kita pernah berhutang budi atau berdosa besar terhadapnya. Meskipun kita sebenarnya tidak membutuhan utang tersebut sama sekali. Nah pokok dan bunga dan lain-lain yang harus kita bayar adalah 150.000 per hari. dalam hal ini adalah debit lumpur yang keluar 150.000m3/ hari.
Sejalan dengan ide DickyZee, nah karena kita tidak mampu membayar hutang 150.000 per hari dan misalnya kita cuma mampu membayar utang 25.000per hari dengan cara gali lubang tutup lubang. Maka kita harus mencari 6 teman per hari yang sanggup dan mau membantu kita membayar 150.000 per hari sampai kemampuan mereka habis. Kemudian kita cari teman lagi yang lain.
Nah debit 150.000m3/hari = 1,7m3/detik. bila kita ingin memperlambatnya menjadi 2 hari maka kita perlu menyimpan lumpur itu di udara selama satu hari. Caranya dengan rumus sederhana yang saya tahu Q=AxVkecepatan. dengan menggunakan pipa berdiameter 1,15meter dan kita mengulurnya menjadi 2 hari maka kita butuh pipa sepanjang 283km sepanjang 1 saluran. atau lebih efektif bila kita memperbanyak pipa-pipa(teman-teman baik kita ini) sebanyak 40 saluran masing-masing sepanjang 7,1 km. Nah ke 40 saluran ini bermuara ke sebuah dam yang mampu menampung 750.000m3/hari.atau petak-petaknya Dicky Zee.
jadi kita punya 5 hari untuk menabung di dam besar dan 1 hari menempatkan lumpur-lmpur d udara. nah INTINYA jadi kita punya 6 hari atau kita berhadapan dengan utang 25.000m3/hari bukannya 150.000m3/ hari. kalau teman-teman kita(pompa dan pipa) rusak, atau sudah mengecil karena pengendapan lumpur maka kita ganti dengan yang baru. Atau kalau perlu kita perbanyak teman-teman kita (pipa, pompa dan dam-dam penampung) jadi kita punya waktu lebih lama. jadi kita tinggal berhadapan dengan utang lebih kecil dari 25.000m3/hari.
nah nantinya yang 25.000m3/hari bisa kita alirkan ke selat madura, kali porong, endapkan, dibuat apapun juga pokoknya yang ahli-ahli pasti lebih tau.sampai orang yang menhutangi kita itu bosan atau mati dengan sendirinya.
cuma ini yang saya bisa sumbang buat sidoarjo tercinta. maklum saya bukan orang teknik. saya cuma pernah belajar fisika dasar. tentang biaya saya rasa beli pipa dan masang pipa 40km tidak terlalu mahal buat yang wajib membayar.
kalau hitung-hitungan saya salah mohon dimaklumi dan dikomentari masuk akal atau gak
salut buat semua ahli-ahli yang ada di sini.
Masih kurang 2 orang, omPapang! pak SYAHRAZ dan pak JANATAN
kok spt itu sih, mau bantu aja masih cari2 kesmpatn untuk cari popularitas. tidak adakah kebersihan hati di zaman sekarang
Coba deh pak Ismail MDFnya dibeberkan disini sebagai uji publik, nanti dipandu Pak Usil dalam diskusinya,moderatornya pak dhe Rovicky, Pak RIrawan sebagai ketua tim uji publik. Barangkali nanti mendapat masukan dari PAk Dedi,Pak Herman,Pak Otnaidah, pak Bima,pak t,pak Agorsiloku dll pengunjung setia blog ini yang dapat dipakai melengkapi program Bapak. Terima kasih.
Halo semua para expert dengan ide2 yang sangat significant dan relevan berhubungan
dengan disaster yang terjadi di Porong ,mohon dimaafkan bilamana tulisan Aa
sebelumnya membuat kuciwa para ahli diskusi ,karena bukan maksud Aa untuk melemahkan semua ide/teori/argumentasi yang telah demikian menjanjikan hanya se-
jauh tebar wacana diatas paper saja,namun kembali saya mau mengingatkan bahwa
apapun yang telah terjadi semua itu adalah atas kehendak YMK,memang kita diwajib-
kan mencari solusi dan jalan keluarnya dengan perjuangan dan biaya yang suangeet
significant untuk mengatasi permasalahan yang telah timbul
akibat LUSI tsb. . . .hasilnyaaaa kita sudah tahu semua!!!! Belum lagi ide cerobong
baja dari negri Jepun,apa gak mempercat amblasnya tanah tsb???????orang yang sederhana saja mafhum bahwa bila ada tambahan beban ribuan ton
dan dibawahnya sudah terjadi kopong alias dak ada lapisan keras yang menahannya
maka yang terjadi ……ya tahu sendiri lha!!,apa semua para expert tidak memperhati
kan gejala seringnya tanggul utama jebol?????itu sudah menjawab bahwa
penurunan tengah berlangsung,ini hanya sedikit remind saja bagi yang
belum mendengar dari siaran TV maupun membaca surat kabar, apa yang di infokan
dari CNN bahwa pada tgl 7/06/2007 akan terjadi benturan
antara lempengan Australia dengan lempengan Asia
dikatakan akan menimbulkan suatu gempa bumi yang sangat besar , dan akan menyebabkan terjadinya TSUNAMI!
Ini hanya suatu peringatan agar mereka yang masih tinggal pada radius 1,5KM dari
pusat semburan LUSI lebih waspada,bukan mustahil terjadinya amblas akibat hal tsb
diatas menjadi kenyataan, wasalam
untuk saudara – saudara ahli geologi, universitas sidoarjo, teori MDF bisa dicoba untuk menutup LUSI, dan saya akan selalu siap untuk membantu dan mempresentasikan ke hadapan publik mengenai teori penyumbatan lumpur lapindo yang efektif dan efisien
mendengar berita lumpur lapindo yang belum ada pemecahannya, membuat saya ingin membantu mencari solusi yang sekiranya bisa membantu. saya memberi judul untuk program saya ini MDF (Mountain Demester Floating)
yakni dengan cara menahan material padat, mengalirkan zat cair dan melepaskan gas ke udara. perkiraan untuk program penahanan lumpur lapindo ini, saya perkirakan 6 milyar. saya pikir lebih kecil dari teori okomura dan menurut saya akan lebih efisien dengan cara ini.
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.,
mohon maaf kalau ada yang bosan dengan kalimat “POMPA AIR GRAFITASI”. setelah mambaca tulisan Bapak “Bima Sankerta” di atas, saya jadi bersemangat untuk mengusulkan kembali alat pompa di atas. melaui
alhamdulillah, ternyata orang yang peduli terhadap bencana LUSI banyak juga. mudah-mudahan tidak bosan dan keikhlasannya dibalas . amien..
kembali ke masalah pompa di atas. setelah saya perhitungkan, pompa tersebut berpotensi untuk di jadikan sebagai penggerak di sepanjang lintasan Conveyor sebagaimana yang diusulkan Bapak Bima Sankerta di atas. karena alat itu tidak memerlukan BBM ataupun listrik sama sekali. ia bergerak dengan menggunakan gaya grafitasi
redirect:
Sudah lama saya tidak sempat komentar tentang upaya menutup semburan. Metode kontraktor Jepang yang dinamakan cerobong Counter Weight pada hakekatnya memakai teori yang 100% sama dengan cerobong Bernoulli dari pakar ITS, Pond-susun Syahraz dan Menara-Hanoi-tzc, yakni:
a) mengkonversi energi semburan menjadi energi potensial (kenaikan tinggi lumpur)
b) menghasilkan tekanan balik ke lubang semburan.
Bedanya:
– Kontraktor Jepang dan pakar-ITS ingin menghentikan semburan.
– Syahraz ingin memperpanjang daya tampung pond/lahan.
– tzc ingin memudahkan lumpur mengalir dan turun meluncur.
Cerobong dari kontraktor Jepang berdiameter 100-120 m dan tinggi 40 m. Adakah peluangnya menstop semburan?
Besarnya tekanan di kedalaman 3000 m (atau bahkan 6000 m) adalah: ρ.g.H + ½.λ.ρ.u².L/d, ditambah dengan sisa energi panas dan formasi gas yang nyembur ke permukaan, akan menghasilkan angka tidak kurang dari 500 bar.
Sedangkan lumpur yang dinaikkan 40 m, akan memberikan tekanan: 1300 Kg/m³ x 9,80665 m/det² x 40 m = 509945.8 N/m² ≈ 5,1 bar. Ini samadengan 1% dari tekanan di kedalaman 3000 m, atau ½% jika sumbernya dari kedalaman 6000 m.
Bilamana sumber itu adalah hidrostatis (tekanan tetap), ya kemungkinan semburan berhenti itu masih ada, kendati sangat sangat kecil (½ – 1%). Namun jika sumber itu hidrotermal (tanda-tanda hidrotermal ini sangat jelas, cocok angka-angkanya dengan hitungan induktif), berarti sumber itu menyemburkan energi sebesar 120 Mw, maka peluangnya nol.
Yang mengganggu perasaan, kenapa sampai presiden RI sendiri berkenan menemui, terpukau dan seolah langsung menyetujui? Baiklah, sekiranya metode kontraktor Jepang itu orisinil dan cemerlang konsep teorinya, ya sudah, kita memang harus terbuka dan rendah hati, demi mengakhiri penderitaan banyak orang. Tetapi dalam hal ini, menurut saya sama sekali tidak orisinil dan tidak cemerlang sedikitpun. Orang Indonesia sudah banyak yang mengutarakan gagasan yang mirip tetapi dasarnya sama. Teori yang dipakai juga teori paling dasar dan sederhana.
Selain itu, membuat cerobong raksasa dari jejeran pipa-pipa besar setinggi 40 m dengan biaya Rp 600 milyar itu, rasanya konyol! Sebab, jika kita buat cerobongnya berbentuk tumpeng atau Menara-tzc atau kerucut-terbalik dari cincin-cincin yang disusun setinggi 40 m, maka tekanan balik terhadap lubang semburan juga persis sebesar 5,1 bar. Begitu pula, pernah ompapang melempar ide, kita tutup lubangnya dengan semacam topi-bulat atau payung besar yang kuat, lalu saya tambahkan dengan 1 pipa di tengahnya setinggi 40 m, maka dijamin tekanan balik terhadap lubang semburan juga besarnya 5,1 bar.
Tetapi saya tidak berharap banyak tentang pemahaman alam dari seorang presiden, ini tidak adil. Tugas presiden sangat luas dan ia dibantu oleh para menteri dan staf-staf ahli. Nah, yang mengherankan, kenapa bisa lolos sampai ke presiden dengan gaung pemberitaan yang luas dan memakan banyak energi? Mungkin si kontraktor Jepang menawarkan pendanaan dari kantongnya sendiri terlebih dahulu. Tetapi kalau ini, seperti pernah diceritakan oleh pak Janatan, bukankah cukup dilayani oleh BPLS: “… silahkan sampeyan trial & error, tapi no cure no pay …”
Selamat bertemu semua para pakar kasus LUSI,saran saya daripada semua dana
yang dikeluarkan mubazir ,maka lebih baik segera dan secepatnya dibayarkan saja
dana kompensasi kepada para penduduk setempat yang berhak menerimanya,karena
dalam waktu yang tidak lama lagi sesuai perkiraan para ahli DN & LN maka tanah
dalam radius 1,5Km dari pusat semburan akan amblas ,sudah menjadi kehendak
Tuhan YMK hal tsb terjadinya dan tidak dapat dihentikan dgn akal kepandaian dari
manusia,salam
Ompapang, saya menghaturkan banyak terimakasih atas bantuan informasi serta doanya untuk kami, semoga sukses, amiin.
Insya Allah kebaikan ompapang akan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Alllah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Mohon maaf saja, jangan bosan barangkali suatu saat saya ber-tanya2 lagi.
eh kurang, pak Dhe Rovicky itu nama lengkapnya ROVICKY DWI PUTROHARI disingkat RDP. Gitu ya Pak Bambang, maaf salah nulis Pak Dhe.
Pak Bambang Bahriro, saya doakan Bapak cs mendapat kesempatan mempresentasikan dihadapan Bapak Menteri PU dan semoga mendapat tanggapan yang baik.
Untuk mengirim naskah untuk dimuad di Dongeng Geologi asuhan Pak Dhe Rovicky Putro Hari, mungkin bisa lewat japri : Rovicky@Gmail.com
Demikian, semoga sukses.
Assalamu’alaikum..
Yang terhormat OMPAPANG,
Terimakasih atas informasi alamat kementrian P.U, sehingga pengajuan metode BD sudah saya sampaikan kepada beliau (Bapak Joko Kirmanto). Saya bersama teman2 MPE (Masyarakat Peduli Energy) berharap mendapat waktu/ kesempatan untuk mempresentasikannya dihadapan Beliau atau BPLLS.
Mohon maaf ya ompapang.. saya mau bertanya lagi :
SAYA MAU MENGIRIM TULISAN (ARTIKEL) KEPADA REDAKSI HOTMUDFLOW, DIALAMATKANNYA KEMANA YA OM?
KALAU MEMANG ADA ALAMAT DI BLOG INI ATAU DI INTERNET, SAYA BENAR-BENAR BELUM TAHU. YA HARAP MAKLUM SAJA.. SAYA NI WONG DESO.. JUJUR SAJA, SAYA BARU BELAJARAN INTERNET ITUPUN SECARA OTODIDAK.
Atas informasi dari ompapang, saya haturkan banyak terimaksih.
Wassalam…
Dear all,
Nama saya Anton Purnomo, pelajar di tokyo.
Saya tertarik untuk melakukan experimen kecil2an dengan lumpur Sidoarjo ini, mungkin lumpur ini bisa dimanfaatkan menjadi bahan yang lebih berguna selain hanya menjadi batu bata (bisa dibaca beritanya di : http://www.kompas.com/ver1/Nasional/0608/03/002035.htm )
Oleh sebab itu saya mau minta bantuan dari saudara2 sekalian kepada siapa saya bisa melayangkan surat (atau email) permohonan bantuan pengiriman sampel lumpur tersebut ke sekolah saya secara cuma2.
Semoga saya bisa membantu dengan segala keterbasan saya.
Terima kasih.
Salam hormat,
Anton Purnomo
Hinode Laboratory
Room 405 4F Ishikawadai Bldg. 4
Tokyo Institute of Technology
2-12-1 Ookayama, Meguro, Tokyo 152-8550
JAPAN
Pak Bambang Bahriro, alamat Kementrian Pekerjaan Umum(Bapak Djoko Kirmanto) : Jl.Patimura 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan (12110) . Telpon (kalau belum ganti) (021) 7262805,7203962 ,Sekretaris : pesawat 200, Fac (021) 7260769. Kalau sudah ganti silahkan tanya via (108) Penerangan TELKOM Jakarta. Semoga sukses !
Assalamu’alaikum Wr.Wbr.
Yang terhormat Bapak/Ibu/Saudara’i,
Siapapun yang membaca tulisan saya ini, sebagai info tolong lacak dengan Google : Blokath dothon.
Mohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara’i yang mengetahui alamat dan nomor telepon kantor atau sekretaris kementrian PU (Bapak Joko Kirmanto), agar tolong beritahu (kirim) ke no.HP saya 0852 2121 6555 sehubungan dengan saran beliau (Bapak Joko Kirmanto) kepada saya agar metode Blokath-Dothon yang saya kemukakan pada saat acara PRO PUBLIK tgl.11 April 2007 di TVRI, diserahkan kepada beliau (BPLS).
Sehubungan dengan kedinasan saya, baru ada waktu untuk datang ke Jakarta pada besok Selasa 15 Mei 2007.
Atas perhatian dan bantuan dari Bapak/Ibu/Saudara’i, tak luoa saya haturkan banyak terimakasih. Semoga kita dapat membantu BPLS agar dapat segera mengatasi semburan lumpur di Sidoarjo. Sehingga penderitaan dan perekonomian warga/masyarakat korban lumpur Sidoarjo tidak bertambah parah.
Insya Allah metode Blokath-Dothon keberhasilannya 100%.
Wassalam…
Bicara lumpur sangat komplek, aspek teknis, sosial, ekonomi, dll. Disamping aspek2 lain aspek teknis transportasi juga berperan sangat penting. Jalan porong n rel KA satu-satunya jalan yang masih berfungsi. Tapi kondisinya sangat memprihatinkan. Banyak jalan alternatif, memutar, menikung, sampai jalan tikus. Ada yang bilang saatnya mendesain mobil yang jalan miring, jadi jalan2 sempit hahaha.
Saya hanya masyarakat biasa, jadi usulnya biasa saja. Banyak analisis tentang kerugian sekian trilyun, milyard, rupiah akibat transportasi yang hampir lumpuh. Karena nilai ekonomis harus muter-muter.
Saya ko punya pemikiran ” Bagaimana klo tanggung itu dimanfaatkan untuk jalan Tol”, Badan jalan tinggal di tinggikan, diperkuat, difinishing dll. Sehingga tol yang lama yang belum terendam lumpur dapat dimanfaatkan kembali. Memang agak melingkar, tapi dari segi biaya ko kayaknya lebih ekonomis. Badan jalan sudah ada, tanpa pembebasan lahan.
Dormant period yang diexpose itu merupakan cyclus biasa, Kebetulan di expose besar2an karena ada aktifitas HDCB. Dormant period biasanya diikuti oleh semburan besar karena terjadi akumulasi gas. Dengan adanya dormant period ini, mungkin jin dibawah sana mau mengatakan bahwa head yang dibutuhkan untuk mengakomodasi diferential pressure dibawah sana sudah mendekati titik equilibrium. Mungkin faktor external yang harus diperhitungkan seperti; semburan dan effect gravitasi. Sayangnya peninggian tanggul dibatasi oleh bearing capacity tanah yang lemah. Dalam perhitungan tinggi head yang dibutuhkan harusnya memperhatikan rheology of material yang mengaliri saluran biar hasilnya ndak conservative amat:)
Faktor utama dari semburan itu expanded gas yang terperangkap dalan viscous rich silicious material. Ini standard text book. Yang perlu dipertimbangkan tingginya muka lumpur di pusat semburan akibat gravitasi bulan dan matahari.
Sebetulnya alam sudah mengajari kita lewat sumur BPJ-1, sudah dihitung oleh Pak RIrawan bahwa daya dorong semburan lumpur juga diakibatkan oleh gelembung gas dengan kecepatan 20-25 meter/detik, buktinya tekanan hidrostatik nol ketika sumur berhenti mengalir selama 35 menit, sedangkan gelembung direkahan disekeliling tetap.
Kesimpulan : semburan lumpur signifikan diakibatkan oleh gelembung.
Pakai Metateorema 103 lagi : Jika Pompa Kaskade seperti Semburan sumur Lapindo…!!kecuali gas H2Snya ..baunya itu lo…. maka ……
Nah… dari sini kita bikin pompa kaskadenya pak RIrawan dengan sistem itu pula yaitu : SISTEM AIRLIFT. Ditempat-tempat yang akan dipompa disediakan pipa-pipa vertikal ( diameter boleh bervariasi ) kemudian dasar pipa disembur oleh nozzel yang dihubungkan dengan kompresor udara. Untuk percobaan Atlas Copco bisa dipakai. ……… Setelah puas ….. hasilnya baru dikuantifikasi … beberapa pipa dirangkap masing-masing diberi Nozzle …. semakin kecil gelembungnya semakin baik untuk aerator .. oxygenation capacity juga yang optimum saja …..
Ini dikombinasikan dengan pond yang ada sekarang …. Rencana Pak RIrawan Hr=39m, existing He=16m , jadi sudah dicapai L=16/39*2000m = 800 m,
Sisa 1200 m , dikaskade : 6x dengan sistem air-lift, murah meriah …., setiap 200m diberi pompa dengan sistem air-lift.
Manfaat :
1. menurunkan COD, menurunkan fenol, menurunkan aromatik hidrokarbon (xylene), Fe juga turun, H2S juga turun dll , prinsipnya aerasi.
2. Sekaligus debagai pompa dengan ketinggian sesuai dengan kekuatan gelembung udara naik keatas.
3. Aliran tetap turbulen sehingga tidak mengendap atau tidak menaikkan kekentalan
4. Lapindo adalah juga pabrik pipa
5. Pengerjaannya mudah … bisa dengan trial and error ….
6. Apabila buntu .. pipanya bisa digetar pakai vibrator rpm tinggi …..
7. Metateorema semakin meyakinkan
8. Ngamen selesai ….. tipnya oom ….
Pak Dedi lempar ide ttg pemindahan lumpur dengan conveyor…
Karena telaah Pak RIrawan juga menunjukkan lumpurnya lebih mirip benda padat ketimbang benda cair mungkin ada baiknya melebarkan alternatif ke material handling buat benda padat kayak conveyor itu…
Keuntungannya :
1. lintasan conveyor bisa “meliuk-liuk” mengikuti contour lahan atau pembebasan lahan yang “gagal” 😉
2. Waktu instalasi jauh lebih cepat ketimbang membangun bangunan permanen seperti solusinya pak RIrawan.
Problemnya :
1. Bagaimana mekanisme menaikkan lumpur ke penampungnya (lori or something) di atas conveyor atau rail ?
2. Apa iya lebih hemat energi ? penggerak/motor itu praktis cuma dua macam, mesin bakar atau listrik… mesin bakar lawannya BBM yang muahal. Kalau listrik gimana instalasinya ? Harus mobile lho karena “meliuk-liuk” tadi… masak pakai accu ?
3. Bagaimana mekanisme menurunkan lumpur di tujuannya (jangan ke kali porong kali ya… tanggung… Langsung ke laut saja…) ?
Nyesel aku nitip absen waktu kuliah dulu…
😛
Spillway dari pipa akan berhasil jika mempunyai kemiringan yang cukup tinggi dan kadar butiran lumpur yang kecil.
Pipa flexible seperti HDPE yang mempunyai panjang sampai 100 m, lebih mudah penanganannya dan dikemudian hari jika gagal/selesai dapat digunakan kembali untuk suplay air bersih.
Pengaliran dari permukaan akan lebih sedikit kandungan butiran lumpurnya daripada dialirkan dari bawah tanah walaupun memang tekanan hydrostatis pada inlet lebih tinggi. Namun, dikhawatirkan tekanan tidak cukup untuk mendorong kekentalan lumpur. Sebab rentang pipa lebih landai.
Diskusi permukaan yang seru silahkan dikritik tulisan RIrawan disini:
mari berdoa …….
Juga bisa saya tambahkan, jumlah yang sangat besar ini mungkin dapat pula untuk menunjang pembangunan rumah susun sejuta tower yang baru diresmikan kemarin oleh presiden , ataupun bila masih lebih mungkin bisa kita jual ke Singapura utk mengganti pasir. jika ada para MBA munkin dapat menghitung jumlah rasional home industri pembuatan bata, industri menengah pabrik ubin , genting, tungku, closet dll. agar hasil lempung 45000m3 perhari dapat termanfaatkan. mudah2an semua ini dapat dijadikan komoditi baru bagi provinsi jawa timur.
iya pak Dicky, saya sependapat kalau memenuhi syarat sebagai bahan keramik, lempung lumpur bisa dijual ke Pabrik Keramik yang sudah ada, bakalan membuka lapangan kerja baru untuk angkatan kerja atau pengusaha angkutan material/lumpur di sekitar Porong.
Wah …terima kasih ompapang, ternyata ini proyek raksasa, modalnya juga belum tentu bisa tercapai, tapi mungkin ada ide lain lagi untuk memanfaatkan lempung itu, misalnya sebagian dibuat untuk tanggul, dijual ke pabrik2 keramik yang sudah ada, yah tentunya ini butuh studi kelayakan oleh pihak2 terkait, agar terwujud pengurangan pencemaran pada sungai dan laut, menambah lapangan pekerjaan ,memanfaatkan lumpur yang sudah terlanjur nyembur .
ide yang bagus Pak Dicky, membuat ladang lumpur seperti ladang garam ditepi pantai,setiap lima hari dipanen. Tapi ukurannya tidak harus persis 100 m X50 m , tergantung kondisi bantaran atau lahan disepanjang tepi sungai Porong. Yang penting luas 5000 m2, jadi untuk 150 petak dibutuhkan 75 Ha lahan. Bila kapasitas produksi satu alat berat loader atau excavator yang akan mengisi dump truck 100 m3 tiap jam, maka untuk mengosongkan 30 petak dibutuhkan 45000 m3: 100 m3/ jam -alat = 450 jam-alat. Bila dalam satu hari alat bekerja 2 shift selama 12 jam (2 X 6 jam), maka diperlukan 450 jam-alat : 12 jam = 37,5 alat dibulatkan 40,sehingga tiap petak tersedia 8 unit alat berat. Jadi diperlukan 40 alat berat berupa loader (wheel loader /track loader) atau excavator yang berkapasitas 100 m3/jam. Adapun kebutuhan dump truck tergantung jarak tempat penampungan sesuai dengan perhitungan waktu untuk 1 cycle-time nya. Bila kapasias tiap dump truck 20 m3, maka diperlukan 100 m3/jam : 20m3/dump – truck = 5 dump truck tiap jamnya untuk melayani 1 alat berat. Bila tempat penampungan (depo) dekat sehingga 1 cycle time = 0,5 jam,maka untuk melayani satu alat berat tiap jam diperlukan =0,5 X5 dump truck =2,5 dump truck. Jadi tiap hari butuh 40 alat berat X 2,5 dump truck/alat berat = 100 dump truck.
Bila tempat cukup jauh sehingga 1 cycle time membutuhkan waktu 2 jam, maka dump truck yang diperlukan = 400 unit per hari.
Dengan perhitungan kasar tersebut dapat dikatakan bahwa cara ini seperti kegiatan pertambangan yang besar.
Pertanyaannya : Berapa besar pabriknya supaya dapat menyerap bahan baku 45000 m3 per hari dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun pabrik tersebut ?
Setelah banyak membaca ide2 dan perhitungan2 di forum ini, saya jadi sering melamun, bagaimana mengatasi lumpur ini yang terus saja menyembur . adapun yang saya lamunkan ini hanya sekedar ide yang masih mentah … tapi mungkin bapak2 bisa menganalisisnya . Lamunannya begini : bagaimana apabila lumpur dialirkan ke sungai Porong, dan disepanjang aliran menuju ke sungai dibuat petak2 disisi kiri dan kanan untuk mengendapkan lumpur seperti ladang garam dengan kedalaman 1 meter, ukuran panjang 100 meter, lebar 50 meter, sehingga dapat menampung 5000m3 setiap petak, jadi apabila lumpur yang keluar 150.000m3 per hari, maka dibutuhkan 30 petak, jika pengendapan membutuhkan 5 hari , maka dibutuhkan 150 petak . Setelah 5 hari, 30 petak pertama dapat diambil lumpurnya yang sudah menjadi lempung, , dihari kedua petak2 diisi kembali dengan lumpur dan 30 petak berikutnya diambil lempungnya , begitu seterusnya. jadi jumlah petak yang dibutuhkan 180 petak, jika tiap petak dapat menghasilkan 30 % dari 5000 m3 lumpur, yaitu 1500 m3 lempung , maka dibutuhkan traktor keruk yang sesuai dengan jumlah petak per hari. Lempung ini dapat dijadikan bahan gorong2,genteng, bata , ubin, tungku briket batubara, tungku briket ampas kelapa sawit , tungku briket serbuk gergaji , kloset jongkok, bahan seni kerajinan,dll. yang dapat dijual keseluruh pelosok tanah air maupun ekspor ke negara tetangga , ini pun tentunya membutuhkan keterlibatan pemda(peraturan), bank jatim ( permodalan),Institusi pendidikan(penelitian dan rancang bangun), ekonom , ahli pemasaran, pengusaha dan masyarakat Porong sebagai sumber tenaga kerja. Jika lamunan ini dapat diwujudkan mungkin Porong dapat menjadi sentra industri keramik terbesar di indonesia yang dapat bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat pedesaan diseluruh Indonesia.Yah mudah2an lamunan ini dapat diolah, ditambah maupun dikurang oleh bapak2 yang ahli dibidangnya.
Pak Dhe dan Pak Dedi, yang 50 meter itu apa bukan permukaan kawahnya, lubang salurannya dibawah mestinya tidak sampai segitu,barangkali bentuknya seperti terompet . corong atau rumah/sarang undur-undur.
Kalau seperti corong,ide pak Dedi mungkin dapat dilengkapi ponton dari beton berbentuk plat bundar sebagai ganti plat bundar dari balok-balok kayu,sehingga tetap terapung diatas lumpur. Dengan terapung berarti “menepatkan ” posisi pipa pada lubang semburan lebih memungkinkan.Barangkali dengan cara ini tidak butuh kran/valve banyak,cukup satu saja, sebab lumpur langsung dapat dibuang sesuai arah yang diinginkan dan ponton selalu menyesuaikan permukaan genangan lumpur di kawah yang makin lama makin turun karena tidak ada suplai lagi,bahkan nantinya ponton akan kandas (semeleh) pada endapan lumpur dikawah bila airnya sudah pergi semua.
Wah…bagaimana ini? Kemarin itu spill way sudah gagal total, akibat endapan.
Sekarang malahan pakai pipa segala, klo mengendap lagi, apa pipanya mau dibelah?
Kan tempo hari Ompapang atau RIrawan sudah hitung bahwa Beda Tingginya tidak
akan cukup, dan pasti mengendap hanya dalam hitungan hari, koq dicoba lagi?
Jangan-jangan hanya mau bisnis “pipa”……keterlaluan.
Sekarang pipanya dipasang melintang di atas tanggul sebagai spill way yang mengalirkan luapan lumpur langsung ke sungai Porong. Jadi tanggul tidak terus dipertinggi yang bisa jebol sewaktu-waktu.
Masya Allah, sudah mencapai 50m. Terima kasih informasinya Pak Rovicky.
Jadi, dengan pipa diameter 2 m yang dimasukan ke lubang semburan yang berdiameter 50 m membutuhkan material urug yang sangat besar untuk memperkecil lubang semburan. Sedangkan untuk membuat tanggul saja sudah hampir kedodoran.
Nampaknya, dengan seribu bola-bola HDCB tidak akan berhasil juga.
Perlu diketahui skali lagi bahwa diameter lubang semburan ini 50 METER ya limapuluh meter. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya kalau membuat pipa dengan diameter 50 Meter ? Berapa berat pipa diameter 50 meter dengan ketinggian 50 meter saja. Bagaimana mengangkutnya. bagaimana crane bisa menapak untuk meletakkan, apalagi untuk yang diatasnya. Belum lagi penahan selama konstruksinya.
Bukan yang mustahil sih. Tapi mesti dipikirkan bagaimana membuatnya juga duonk !
Diagram metode pengaliran lumpur melalui pipa dapat dilihat pada
MENGALIRKAN SEMBURAN LUMPUR MELALUI PIPA
Tahap I. : Memasang plat bundar terbuat dari balok-balok kayu diameter tiga kali diameter lubang semburan. Ditengah plat diberi lubang seukuran inlet pipa baja. Di sepanjang tepi plat diberi kaki-kaki dari balok kayu.
Tahap II: Memasukkan pipa baja 1 ke dalam lubang semburan melalui lubang di tengah-tengah plat kayu. Leher pipa berupa plat baja bundar untuk bertumpu pada plat kayu. Pada outlet pipa baja sudah dipasang pipa-pipa HDPE panjang dengan gate valve (keran) sudah dibuka untuk mengalirkan lumpur keluar area.
Tahap III: plat kayu sudah mulai amblas perlahan. Memasukkan ruas pipa baja 2 berikutnya dengan gate valve dalam keadaan terbuka mengalirkan lumpur ke kolam malalui pipa-pipa HDPE pendek.
Tahap IV: Sementara plat kayu amblas perlahan. Memasukkan ruas pipa baja 3 berikutnya. Gate valve pada pipa baja 1 ditutup kemudian pipa-pipa HDPE panjang dicabut dan dipasangkan kepada outlet pipa baja 3. Gate valve pada ruas pipa baja 2 ditutup dan gate valve pada ruas pipa baja 3 dibuka sehingga lumpur akan mengalir melalui outlet ruas pipa baja 3.
Demikian juga untuk pemasangan ruas pipa baja tahap berikutnya sedemikian hingga dicapai kondisi optimum antara kemampuan aliran lumpur naik, kekokohan konstruksi pipa baja, dan daya dukung tanah sekitarnya.
Di atas plat kayu dipasang anjungan-anjungan kayu untuk pekerja sehingga masih dapat mengatasi lajunya penurunan plat kayu.
Namun, metode ini tidak lepas dari penelitian kondisi lapangan terlebih dahulu untuk mempelajari kelayakan serta melakukan beberapa penyesuaian metode.
Sayangnya disini tidak ada fasilitas untuk menampilkan gambarnya.
Benar pak….Saya Setuju