Can drilling trigger a mud volcano?

November 13, 2008

Can drilling trigger a mud volcano?

New evidence presented at the Geological Society of London seeks to clear drilling operations as a cause of Java’s 2006 mud volcano.
Article By Tayvis Dunnahoe
Published Nov 7, 2008

On May 29, 2006, the island of Java, the most populated island in the World, experienced a mud volcano that has since displaced an estimated 40,000 residents. It currently vents 5.2 MMcf of hot mud per day. The eruption has been named LUSI, a compendium of “lumpur” (the Indonesian word for mud) and Sidoarjo, the town near where the eruption occurred.
The causes of the eruption have not been unanimously decided although a vocal group of scientists have attributed the event to the drilling of Lapindo Brantas Inc.’s Banjar Panji-1 nearby. Baca entri selengkapnya »


Laporan Konferensi AAPG di Cape Town Afrika-Selatan

Oktober 30, 2008

Ada dua laporan dari lokasi pertemuan ini.

Yang kedua dibawah ini tulisan dari Rudi Rubiandini yang ikut hadir dalam pertemuan ilmiah AAPG di cape town.

Laporan Konferensi AAPG di Cape Town Afrika-Selatan Tentang Lumpur Sidoardjo 28 Oktober 2008

” 42 AHLI DUNIA BERPENDAPAT LUMPUR SIDOARDJO DIAKIBATKAN OLEH KESALAHAN PEMBORAN DAN HANYA 3 AHLI YANG SETUJU KARENA GEMPABUMI”

AAPG 2008 International Conference & Exhibition dilaksanakan di Cape Town International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29 Oktober 2008, merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh American Association of Petroleum Geologists (AAPG) dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia. Baca entri selengkapnya »


Herry Edyarso : Adu Argumentasi “Bencana Alam” vs “Dampak Operasi Pengeboran”

Maret 6, 2008

Kasus pelik itu akhirnya mengundang banyak ilmuwan. Salah satu yang kali ini memberikan komentar adalah Pak Harry Eddyarso seorang Dri lling engineer(ahli pengeboran). Komentar beliau cukup fair, kritis dan membuka wawasan professional perminyakan.

( “Wah dugaan Pakdhe benar lagi. Memang yang paling pas memberikan ulasan keterlibatan sumur adalah ahli pengeboran itu sendiri. Bukan geoscientist. Jadi Pakdhe diem aja ya? Jangan crewet !”
D “Hust, Thole ! Geoscienctist ya mengkaji semburannya tetapi bukan menghubungkan dengan pengeboran secara langsung. Kompetensinya sendiri-sendiri”

Akhirnya untuk pertama kalinya dalam sejarah (setau saya), tim Lapindo (yang berpendapat bahwa semburan Lumpur adalah “bencana alam”) dipertemukan – head to head – dengan tim oposisi yang berpendapat bahwa semburan lumpur adalah dampak dari operasi pengeboran di sumur Banjar Panji #1. Pertemuan tsb difasilitasi oleh Forum Komunikasi Masyarakat Jawa Timur, bertempat di Sheraton – Surabaya, pada hari Kamis, tanggal 28 March 2008.

Continue reading Herry Edyarso : Adu Argumentasi “Bencana Alam” vs “Dampak Operasi Pengeboran”


Kolom Diskusi

Maret 29, 2007

disc4.pngIngin ikutan berdiskusi ?

Silahkan klik menu diskusi diatas atau link disebelah kanan ini. Terbagi beberapa kolom diskusi


Gunakan Relief Well Untuk membuat Model Geologi Bawah Permukaan

September 25, 2006

Ada wacana baru dari diskusi Migas Indonesia untuk menutup lubang dengan concrete-slab. Usaha yg mungkin saja dilakukan tetapi mungkin bukan saat ini.

 

Diskusi mailist ini ada disini : Re: (geologi) Technology Block Well untuk Lusi

Baca entri selengkapnya »


Amblesnya Drilling Rig dan Tenggelamnya Kapal Pemboran

September 18, 2006

Amblesnya Drilling Rig dan Tenggelamnya Kapal Pemboran

Posted by Rovicky on September 16th, 2006

drillingrig.jpgMungkin ada yg bertanya-tanya bagaiman sebuah drilling rig amblas masuk kedalam bumi. Padahal sepertinya kaki-kaki drilling rig tsb sudah menapak kuat pada tiang pancang dsb. Berikut foto-foto yg saya peroleh dari milist Migas-Indonesia (trims Mas Budi). Sekalian saya berikan sedikit penjelasan grafis bagaimana hal ini bisa terjadi.

Read the rest of this entry »


Amblesnya Drilling Rig dan Tenggelamnya Kapal Pemboran

September 16, 2006

Amblesnya Drilling Rig dan Tenggelamnya Kapal Pemboran

Posted by Rovicky on September 16th, 2006

drillingrig.jpgMungkin ada yg bertanya-tanya bagaimana sebuah drilling rig bisa amblas masuk kedalam bumi. Padahal sepertinya kaki-kaki drilling rig tsb sudah menapak kuat pada tiang pancang dsb. Berikut foto-foto yg saya peroleh dari milist Migas-Indonesia (trims Mas Budi). Sekalian saya berikan sedikit penjelasan grafis bagaimana hal ini bisa terjadi.

Read the rest of this entry »


Muckraking in Java’s gas fields

Juli 14, 2006

http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/HG14Ae01.html
Asia Times,    Jul 14, 2006
By Chris Holm

==== Note from Iwan H in Mailist IATMI-KL :

++  If Lapindo failed to install the casing and then deliberately withheld
this information from its drilling partners, as MedcoEnergi’s letter
suggests, this scenario would presumably leave Lapindo, a limited liability
company, solely responsible. Baca entri selengkapnya »


Re: Luapan lumpur Sumur Banjar Panji – dari aspek Hukum – Replik

Juli 10, 2006

hukum.gif— In Migas_Indonesia@yahoogroups.com, “AW Adnan” <adnanw@…> wrote:
Rekan-Rekan Milis Yth,

Terimakasih saya ucapkan kepada para pembahas atas posting saya perihal diatas. Kepada Pak Kuswo tanggapan bapak tentang penyidikan telah aya tanggapi secara khusus. Kepada Pak Anpan, terimakasih, mudah-mudahan ada yang menindak-lanjuti tentang usulannya kepada DPR, sayang saya tidak begitu jelas usulan konkritnya bagaimana? Baca entri selengkapnya »


Luapan lumpur Sumur Banjar Panji – dari aspek Hukum

Juli 7, 2006

— In Migas_Indonesia@yahoogroups.com, “Budhi S.” <ranirama@…> wrote:

Saya sampaikan pendapat dari salah seorang Moderator KBK Hukum Milis Migas Indonesia Bapak Ahmad Wirawan Adnan dari Law Firm “Sholeh, Adnan & Associates”. Ditengah kesibukan beliau sebagai pengacara handal (kasus terakhirnya adalah 3 klien yang diputus hukuman mati), ternyata masih sempat memberikan opininya untuk Milis Migas Indonesia. Pengacara dengan latar belakang teknis yang sangat kuat, benar-benar langka. Thanks Pak Adnan. Baca entri selengkapnya »


Engineering intervention

Juli 5, 2006

Re: [Oil&Gas] Re : Ada Apa Dengan Lapindo Brantas & Semburan lumpur

Intervensi engineering memang salahsatu cara yg patut untuk dilakukan. Bisa yg controlled (relief well, pump cement etc). Blasting underground dengan kondisi geology yg tidak pasti saya rasa masuk dalam kateori uncontrolled method. Uncontrolled method tentunya berisiko, walopun bukan berarti tidak mungkin. Seandainya yg terjadi justru membuat lebih buruk atau baik dengan kemungkinan 50-50, saya yakin cara ini menjadi tidak realistis. Kalau seandainya terjadi di hutan, barangkali intervensi engineering dengan cara blasting akan masih mungkin dilakukan. Baca entri selengkapnya »


[Oil&Gas] [Bor] Semburan Lumpur Lapindo Brantas

Juni 13, 2006

From: Doddy Samperuru
<samperuru@balikpapan.oilfield.slb.com>
Date: Tue, 13 Jun 2006 19:15:03 +0800
Subject: Re: [Oil&Gas] [Bor] Semburan Lumpur Lapindo Brantas

Dear All,

walau saya rada bingung membaca ulasan Pak Wisnu05 ini, tapi patut dihargai kejujuran tulisan Beliau.

Sebagai salah seorang Moderator KBK Pemboran, saya mengajak semua warga milis MiGas untuk lebih fokus ke problem solving masalah ini. Biarkan mediamasa & para politisi mengulas sisi sosial, lingkungan hidup, ekonomi & politiknya.

Dari berbagai media masa yang saya baca, kejadian surface blowout ini diawali oleh “kick” pada saat pemboran sumur Banjar Panji-1. Oleh berbagai sebab, pihak PT LB memutuskan untuk tetap mengebor melewati batas kedalaman 8500ft yaitu kedalaman yg didesain untuk menset intermediate casing 9 5/8″ (?). Sebetulnya ini hal yg biasa. Cuman sialnya, sumur menembus satu high-pressure zone yg menyebabkan kick, yaitu masuknya fluida formasi tsb ke dalam sumur. Sebetulnya hal ini juga lumrah di dunia pemboran. Dengan mud logging yang berkualitas, biasanya kick dapat dideteksi sedini mungkin & umumnya diatasi dengan menaikkan berat lumpur pemboran. Umumnya no problem & pemboran dapat diteruskan dgn precaution. Hal ini nampaknya tidak terjadi. Di sumur BP-1 ini sepertinya kick tsb tidak dapat dikontrol & semakin banyak fluida formasi yg masuk ke dalam sumur (justru bukan “loss total” seperti yg ditulis Pak Wisnu05 di bawah ini) yg mengarah kpd surface blow-out. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap BOP di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dgn tujuan mematikan kick. IMHO, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dgn surface casing 13 3/8″ (?) yg saya tidak tahu berapa kedalamannya. Di kedalaman tsb, IMHO, kondisi geologis tanah unconsolidated & mungkin banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yg bisa sampai ke permukaan. Krn tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur krn BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yg lebih menyenangkan yaitu melewati natural fissures tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat (tiga lokasi ?) di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.

Sampai kapan hal ini terjadi ? Bisa berhari-hari, bisa berbulan-bulan bahkan 1-2 tahunan. Tergantung sampai kapan tekanan formasi masih kuat mengangkat fluida sampai ke permukaan atau sampai kapan fluidanya habis. Lumpur yg menyembur itu apa ? Campuran gas, air, mungkin ada minyaknya & partikel solid dari dalam formasi atau dari natural fissures tadi. Bagaimana mengatasinya ? IMHO, daerah batas antara open-hole & casing shoe harus diinjeksikan semen sebanyak-banyaknya. Daerah inilah yg merupakan pintu keluar lumpur formasi dari lubang sumur menuju ke permukaan. Kalau pengerjaan penyemenan dilakukan lewat sumur yg ada sangat riskan, opsi lain adalah dgn membor sebiji directional relief-well dari sebuah pad yg aman.

Yg paling ekonomis, cepat & aman adalah menggunakan Coiled Tubing Unit. Lubang sumur ini no problem dapat diarahkan menuju area tadi. Setelah
sampai ke tujuan, pompakanlah semen berdensitas berat sebanyak-banyaknya. Kenapa harus banyak ? Karena melihat kuantitas lumpur jutaan meter kubik pastilah daerah tsb sudah banyak terdapat “gorong-gorong” akibat erosi. Lubang-lubang inilah yg diharapkan akan terisi semen & lalu tersumbat. Begitu aliran lumpur ke permukaan sudah terhenti atau minimal, maka open-hole bermasalah tadi (kalau masih ada & belum runtuh open-holenya) bisa dgn lebih mudah diplug & abandon.

“Masih untung” lumpur yg keluar adalah air, kalau hidrokarbon akan lebih gaswat akibatnya.

Salam,

Doddy

Slambeje

Note : Tanggapan Doddy diatas merupakan tanggapan atas tulisan di Migas Indonesia Mailist dari seseorang bernama Wisnu 05 yg tidak diketahui. Info dibawa bisa benar bisa pula tidak. Karena ketikdak jelasan siapa pengirimnya.  Namun tanggapan Doddy diatas cukup jelas sumber (referensinya)

At 03:16 PM 6/12/2006, Migas_Indonesia@yahoogroups.com wrote:
>Diambil dari <http://www.media-indonesia.com/>http://www.media-indonesia.com/
>Bagian Komentar Editorial
>TRUE STORY-1
>Mudah2an dengan tulisan ini bisa menjelaskan sejarah kejadiannya:
>Master plan untuk sumur ini adalah pada kedalaman 8500 Ft akan di set
>cassing dan di-cement, sehingga apabila terjadi semburan gas, kondisi
>sumur sudah aman karena arah semburan tdk akan ke formasi (menyamping)
>tapi bisa diarahkan ke atas dan semburan gas tsb mudah untuk di “kill”
>(kill well). Tetapi, pihak Lapindo tetap ngotot untuk terus ngebor sampai
>formasi limestone (gas) ditemukan tanpa memikirkan saftey-nya jika terjadi
>semburan. Dalam hitung2an bisnis artinya:masih ingin ketemu formasi gas yg
>lebih besar. Sampai kedalaman 9000Ft, pihak Lapindo diingatkan lagi untuk
>set casing karena semua orang di lokasi sudah ketar-ketir apabila terjadi
>semburan, blm ada proteksinya,lagi2, Lapindo menolaknya.Akhirnya di +/-
>9200, terjadi loss total(indikasi telah masuk formasi gas) dan mulai
>terjadi kepanikan. Saat itupun sebenarnya keadaan masih bisa dikendalikan,
>harusnya langsung dipompakan cement untuk plug
>sumur, lagi2 Lapindo masih berpikir untuk menyelamatkan sumur yg sudah di
>bor dengan biaya $$$million. Jujur saja, untuk menghentikan semburan
>lumpur harus dilakukan pengeboran miring ke arah formasi gas tsb,utk
>proses ini akan butuh biaya $$$million dan baru bisa dilakukan setelah
>peralatan penunjang ada (rig, cement unit, dll), mungkin 3-4 bulan
>lagi,tergantung kecepatan Lapindo utk menyiapkan dana, teknisi, kontrak,
>dll untuk mulai pengeboran miring.Untuk mengaitkan gempa sbg penyebabnya
>adalah mungkin, tapi itu hanya 1% kemungkinannya.Mudah2an tulisan ini bisa
>memberikan gambaran secara lebih jujur ke media tanpa harus ada yg
>ditutup-tutupi.
>Pengirim:
>wisnu05