Gempa Yogya —> bikin mud volcano di Porong ?

Assalamu’alaykum

Saat nulis ini, volume mud volcano Porong sudah eningkat dari 5.000 meter kubik perhari menjadi 25.000 meter kubik perhari, menurut TV 7, alias lebih esar dari suplai magma Merapi ke puncak yang sekarang ” tinggal ” 15.000 meter kubik per hari.

Saya tertarik dengan argumen pribadi Dr. Awang Harun (dari BP Migas) dan Dr. Andang Bachtiar (ex ketua IAGI), secara terpisah, yang ” sepakat ” (koreksi :Pak ADB justru lebih yakin dipicu pengeboran, koreksi rdp) merujuk gempa Yogya sebagai pemicu semburan lumpur di Porong. Disebutkan ada 5 titik semburan, terbentuk pada 29 Mei 1 Juni, dan jika dihubungkan dengan garis akan embentuk arah barat daya – timur laut. Orientasi ini earah dengan sesar regional di wilayah ini, dan kalo mau ditarik lagi lebih jauh juga searah dengan sesar Opak yang jadi penyebab gempa Yogya. Jika orientasi
barat daya – timur laut ini diperpanjang, akan nampak aris imajiner yang menghubungkan sesar Opak – Sangiran Dome – Porong. Sehingga semburan ini ihipotesiskan sebagai likuifaksi, gejala biasa dalam uatu gempa, seperti yang ditemukan juga di Jetis Bantul) dan Prambanan (Klaten) dalam bentuk semburan air berlumpur ” (menurut versi penduduk, seperti ikutip media lokal Kedaulatan Rakyat dan Wawasan). Gempa Yogya di sebut2 mereaktivasi sesar lokal di Porong, sehingga menghasilkan semburan lumpur, dan ini adalah murni musibah.

***

Terkait itu, ada beberapa pertanyaan pak Rovicky :

1. Apakah likuifaksi bisa terjadi di tempat yang jaraknya > 200 km dari sumber gempa ?

Sebab, dalam pendapat saya, intensitas di lokasi tersebut sudah kecil. Jika saya mencoba menghitung dengan menggunakan persamaan atenuasi intensitas ln I ln Io = k.x dengan koefisien atenuasi (k) = -0,00387 (berdasarkan titik acuan kota Yogya dan Semarang) erta intensitas hiposenter (Io) = 8,7 (untuk Mw = 6,3) pada jarak (x) = 200 km intensitasnya 4 MMI dengan percepatan maksimal 2,3 % G), sementara pada jarak (x) = 250 km intensitasnya menurun sedikit menjadi 3 MMI (dengan percepatan maksimal 1,4 % G).
Catatan intensitas dari stasiun BMG Surabaya dan Karangkates (Malang) menunjukkan angka 2 – 3 MMI untuk Surabaya (jarak +/ – 250 km dari hiposenter) dan 3 – 4 MMI untuk Malang (jarak + / – 230 km dari hiposenter), artinya tidak berbeda jauh dengan perhitungan.
Fokuskan ke sekitar Surabaya. Dengan intensitas 3 MMI itu, dimana getarannya setara dengan getaran akibat melintasnya sebuah truk besar bila kita berdiri di tepi jalan raya, apakah bisa gempa Yogya tadi menghasilkan likuifaksi disini ? Bila kita merujuk ada kasus gempa Loma Prieta 1989 (Mw = 6,9) di California, radius terjauh likuifaksi terjadi adalah sebesar 110 km dari episenter gempa. Kita logikakan saja, dengan Mw gempa Yogya lebih kecil (6,3) bukankah ” seharusnya ” radius terjauh likuifaksi < 110 km ?

(catatan : dalam perhitungan saya, jika dianggap koefisien atenuasi gempa Loma Prieta sama dengan gempa Yogya, dengan kedalaman hiposentrum 17 km, pada jarak 110 km dari episentrum, intensitasnya sebesar 6 MMI dengan percepatan puncak 12,3 % G, jauh lebih besar dari intensitas di Porong).

2. Apakah gempa Yogya bisa mereaktivasi sesar lokal di Porong ?

Di sisi timur sesar Opak telah dideteksi ada 74 buah sesar minor dengan panjang bervariasi antara 1 km hingga 4 km, yang tersebar di wilayah Gunungkidul – Klaten. Sesar minor terjauh ada di wilayah kecamatan Bayat (Klaten). Sesar2 minor ini dipastikan merupakan sumber2 afershocks gempa Yogya. Kalo saya menghitung dengan persamaan empirisnya Ambrosey dan Zatopak (1968, saya kutip dari artikelnya Dr. George Pararas Carayannis) mengenai hubungan antara panjang sesar (L) dan magnitude gempa (M) : log L = 1,13 M + K, dimana untuk gempa Yogya K = – 5,34 (dengan Mw = 6,3 dan L = 60 km), maka jika sesar minor memiliki panjang (L) 1 – 4 km, gempanya memiliki magnitude (Mw) 4,7 – 5,3.

Masalahnya sekarang, jika gempa Yogya memang mampu mereaktivasi sesar lokal di Porong, tidak bisa tidak sesar lokal itu harus bergeser bukan, meski nilai pergeserannya mungkin sangat kecil hingga tidak menimbulkan retakan di permukaan tanah. Mari kita berandai-andai, anggaplah pergeseran tersebut meliputi segmen sepanjang 1 km dalam sesar lokal itu, maka ” seharusnya ” sudah diiringi gempa dengan Mw = 4,7.
Jika segmen yang bergeser hanya 200 m, gempa yang terjadi memiliki Mw = 4,1. Bukankah moment magnitude (Mw) sebesar ini masih bisa dideteksi dengan mudah oleh seismograf2nya BMG dan USGS. Apalagi USGS memberi batasan hanya gempa2 dengan Mw > 3,5 saja yang akan didokumentasikan. Sementara, sejauh yang saya tahu, stasiun2 BMG di Surabaya dan Karangkates hanya melaporkan adanya guncangan akibat gempa Yogya saja, namun tidak menyebutkan adanya gempa lain atau aftershocks dengan episentrum di sekitar Porong.

3. Apakah energi gempa Yogya dirambatkan oleh sesar2 hingga sampai ke Porong ?

Sesar Besar Jawa Tengah Van BammelenIni masih terkait dengan pertanyaan no. 2. Mengikuti pendapat pak Awang dan pak Andang, saya mencoba menarik garis imajiner terusan sesar Opak ke arah timur laut. Saya juga mencoba menarik garis imajiner yang menghubungkan sumur Banjar Panji 1 – Purwodadi – Mojokerto – Sangiran, titik2 dimana terdapat mud volcano atau sumber air asin. Hasilnya bisa dilihat pada gambar ” situasi bp1 sangiran.jpg “.
Menarik sekali bahwa garis imajiner yang menghubungkan Banjar Panji 1 – Purwodadi – Mojokerto – Sangiran ternyata menyusuri sisi selatan Pegunungan Kendeng, dimana menurut van Bemmelen disini terdapat ” sesar Simo ” yang longitudinal terhadap pulau Jawa.
Sementara garis perpanjangan sesar Opak, justru melintas amat jauh terhadap Porong. Perpanjangan sesar Opak justru melintasi sesar pembatas Bawean High – Tuban Graben di Laut Jawa. Menarik juga, bahwa lintasan perpanjangan sesar Opak di Pegunungan Kendeng dan geosinklin Jawa utara ditandai dengan banyaknya sesar2 lokal yang orientasinya sebagian besar paralel dengan sesar Opak.
Dalam pendapat saya, koq tidak ada ya hubungan segaris antara mud volcano di Porong dengan sesar Opak.
Terkecuali jika dikatakan sesar Opak yang berarah barat daya – timur laut ini bersambung dengan ” sesar Simo ” yang berarah barat – timur, dimana titik persambungannya ada di sekitar Sangiran. Namun, logikanya, jika hal seperti itu yang terjadi, seharusnya terdeteksi juga aftershock di sepanjang ” sesar Simo ” bukan ? Karena energi gempa Yogya “seharusnya ” merambat di sini.
Apalagi menurut van Bemmelen, sesar Opak adalah bagian dari sesar transversal yang membelah Jawa dari selatan ke utara. Sesar transversal ini (saya mengistilahkannya dengan ” sesar besar Jawa Tengah “) menjadi tempat berdirinya gunung2 api Merapi, Merbabu, Telomoyo, Ungaran hingga berakhir pada sesar Glagah di utara. Memang sesar besar ini juga berpotongan dengan perpanjangan ” sesar Simo “, namun titik potongnya jauh di utara dari sesar Opak, di tempat yang sekarang menjadi kerucut Gunung Merapi. Sesar Opak justru berpotongan dengan sesar longitudinal dari sisi utara Pegunungan Selatan (Pegunungan Sewu) di sekitar Prambanan, dan dari sini saya bisa memahami mengapa sesar2 minor produk gempa Yogya kebanyakan ada di Gunungkidul utara dan Klaten dengan sebagian besar berarah arah barat laut – tenggara, sehingga salah satu daerah yang kerusakannya sangat parah (selain Parangtritis – Prambanan) adalah Kecamatan Gantiwarno – Wedi – Bayat (sebelah tenggara Prambanan). Gambaran tentang sesar besar Jawa Tengah ini bisa dilihat di ” sesar besar jawa tengah.jpg “.

BPJ-1 to Sangiran4. Jika gempa Yogya menyebabkan mud volcano di Porong, mengapa gempa yang sama juga tidak menyebabkan peningkatan aktivitas mud volcano Bledug Kuwu atau membangkitkan kembali aktivitas Sangiran Dome ?

Apalagi dua tempat terakhir itu lebih dekat terhadap pusat gempa dibanding Porong. Dan sejauh ini tidak ada peningkatan jumlah lumpur di Kuwu ataupun bangkitnya kembali Sangiran Dome. Peningkatan aktivitas hanya ada di Gunung Merapi dan ini bisa dipahami mengingat dari Prambanan ke arah utara ada sesar yang langsung menuju ke Merapi. Sehingga rambatan energi gempa Yogya, setelah melintasi sesar Opak, sangat mungkin berbelok menyusur sesar tadi,sehingga dapur magma Merapi menerima tambahan energi.

***

Saya merasa, mengaitkan gempa Yogya dengan mud volcano di Porong jauh panggang dari api. Gempa memang punya kemampuan likuifaksi, tapi jangkauannya juga terbatas. Apalagi, merujuk hasil penelitian BMG seperti dipaparkan Tiar Prasetya, gelombang primer dalam gempa Yogya tidak merambat homogen ke segala arah, tetapi terkutubkan (terpolarisasi) hingga seakan-akan membentuk pola bunga melati. Pengutuban ini menjadi faktor penjelas mengapa kerusakan parah – selain di sepanjang jalur sesar Opak – hanya dialami sebagian kota Yogya , tepatnya mulai dari kompleks kampus IAIN dan Tamansiswa ke arah timur. Bagian barat kota Yogya, demikian juga dengan kecamatan Gamping, Sedayu dan Sentolo, relatif mengalami kerusakan ringan.

Jalur kerusakan berat ke barat menghampiri Srandakan – Purworejo dan ke timur melintasi Pacitan. Kalo sumbu
polarisasi ke timur ini diteruskan, posisinya juga jauh dari Porong, pak Rovicky.

Demikian pendapat dan pertanyaan saya pak Rovicky. Matur nuwun atas pencerahannya.

Wassalamu’alaykum

Ma’rufin

18 Responses to Gempa Yogya —> bikin mud volcano di Porong ?

  1. Daryono Tawangmangu berkata:

    Smg ahli-ahli geologi bisa berfikir jernih sesuai hati nuraninya mengenai lumpur lapindo.

  2. masmuh berkata:

    Gempa, gempa, semburan lumpur, bencana alam apa teguran…?

  3. Jabon berkata:

    Kook ketemu blog ini lagi….

  4. Jabon berkata:

    duh kenapa baru sekarang aku baca tulisan ini.. hikz. Saya tinggal deket Jogja.

  5. […] Ada yg menduga gempa ini menyebabkan likuifaksi, namun dibantah dengan perhitungan yg tertulis disini juga gambar yang dilampirkan Pak Koesoema ketika membuat surat terbukanya disini. Masalah ini masih […]

  6. […] Ada yg menduga gempa ini menyebabkan likuifaksi, namun dibantah dengan perhitungan yg tertulis disini juga gambar yang dilampirkan Pak Koesoema ketika membuat surat terbukanya disini. Masalah ini masih […]

  7. Bags berkata:

    Menurut sya semua didunia ini masih bisa kita perbaiki, tinggal manusia mau berpikir dengan hati nurani yang jernih.

    • jabon berkata:

      nah itu mas…. lebih cepat lebih baek… hehe

      • Imprasart berkata:

        Manstabs , Pak, setuju , sebaiknya berpikir jernih , kok ,tak usah beralasan , dalih , kilah , argumen , dsb, yang penting , sekarang menutup lubang , sehingga lumpur tak keluar kepermukaan .
        Serahkan Civil Engineers .
        Gitu aja kok repot . BPLS harus fokus, Dong ,musuhnya lumpur , bukan ngurusin yg lain.
        Bravo .

        Imprasart

  8. Ade Cilacap berkata:

    Sy sbetulnya jg sngt khawatir dg kondisi geologi d Indonesia.Bencana dimana2:tsunami aceh,gempa jogja,tsunami pangandaran,Lumpur Lapindo,Gempa Bengkulu,Gunung Merapi,G Kelud,ktambahan G Krakatau.Sy pikir qt pnya bgawan2 geologi&geografi,tp knp sllu ggp?

  9. B-46-US Yuda berkata:

    Um…
    Apa bener kasus lapindo ngak bisa diselesaikan?
    Jika memasukkan bola2 beton bukan itu menambah volume lumpur?
    Um….
    Apa mud vulcano yang dilapindo akibat gempa 27 mei?
    atau karena lupa pasang cesing?

  10. -dudefat- berkata:

    Gus, loe sok tau, sok ngerti!!!
    tau apa sih loe!!!
    geologi tu gak segampang yang otak loe pikir!!!!
    kalo tiba-tiba di atas rumah loe ada gempa,ahli geologi mana yang bisa perkirain, hah!!!!
    mate aja loe!!!

  11. AGus Basana berkata:

    Secara pasti kapan lumpur panas dapat dihentikan? Kok pemerintah tidak jelas dalam melakukan penanganan. Banyak orang pintar tapi kok nangani yang seperti ini saja tidak bisa, saya jadi tanda tanya apa doktor-doktor ahli geologi di Indonesia itu benar benar doktor. Saya sangat heran melihat tragedi lumpur panas brantas ini, apakah bencana ini mau dijadikaan lahan bisnis atau mau ditangani secara teknis.

  12. budi dayax berkata:

    Pak Lik ROVICKY

    Lumpur Lapindo ini kok gak selesai-2 ….. lha kalu dilihat di Indonesia ini kan banyak ahlinya yang suka ngebor, mbok sampean kumpulke semua ahlinya termasuk di KAltim dibawa ke LAPINDO mungkihn ahlinya diminta 1 minggu aja diajak dioskusi lantas dikerjakan kan beres, ini kan masalah nasional lho… !!!! termasuk aku prihatin, Ing ngatase disini banyak jago-2 nya termasuk orang-2 perancis dan Jepang diminta kumpul mungkin sumbangsihnya dapat digunakan. Tak liat banyak retrorika aja.
    Kalau perlu diminta bantuan buat roket (Torpedo) yang kekuatan nya bisa meledakkan kebawah dan membuat runtuh dan mampete bolongan.
    Piye-2 to!!!! mereka ahli-2 bor itu di KAltim baik asing maupun indonesia pasti akan membantu pemikiran lan buat pertemuan barang 3 hari aja mungkin bisa teratasi, coba liat film Volcano iku bisa dilihat pola pikirnya.
    PAK LIK AKU MUNG ISO ngoceh wae, entar aku berdoa untk lapuindo biar Klar.

    Wiss Sakmene wae SUWUN

    BUDI DAYAX (Kaltim)

  13. Rovicky berkata:

    Mas Agus,
    Saya sangat setuju bahwa banyak sekali patahan yg ada di daerah ini. Dari penampang 2D seismic yang ada juga jelas banyak patahan yg memotong daerah ini. Sya rasa patahan-patahan yg diketemukan pak agus ini selaras dengan yg dilihat dibawah permukaan.

    Didaerah Cepu juga sama, apalagi anda pasti mengenal daerah kendeng yang lipatan dan patahannya lebih ruwet lagi. Namun saya tidak mendengar ada gejala apa-apa yg tertangkap disana. Terutama gejala mudflow. Juga kalau dilihat dipeta yg ada di web ini tidak ada gejala aktivasi-reaktivasi mudflow-mudflow ini yg berkorelasi akibat gempa Jogja kemarin.

    Yang sering diperdebatkan itu mana yg lebih mungkin sebagai penyebab. Goyangan gempa atau tusukan matabor yg akan menjadikan underground blow out ? Kalau tidak ada gempa akan mudah menduganya, karena sangat mudah diyakinkan bahwa pengeboran menyebabkan underground blow out. Nah, kalau tidak ada pengeboran apakah kira-kira akan ada mudflow sebesar itu juga ? Ini pertanyaan-pertanyaan yg perlu dijawab bukan sekedar berandai-andai tentunya.

    Saya menunggu apa laporan resmi plus keterbukaan data dari “tim independen” dari institusi yg ditunjuk beberapa waktu lalu.

    Salam

    RDP

  14. agus hendratno berkata:

    yang jelas, ada retakan di sekitar sumur tersebut berarah NE-SW, kemudian dari citra dan lihat di lapangan, koq di porong selatan ada bukit lurus dari endapan volkanik muda punya gawir koq ya NE-SW, hehe…, jangan-jangan itu dibuka dikit saja oleh goyangan gempa, bukan digerakkan gempa tapi, diintip dikit karena gempa, mungkin itu, hehe. Di atas bukit di selatan porong itu, saya naik, ternyata ada bangunan yang juga retak-retak, tapi bukan karena gempa. memang sebelum gempa, barangkali sekitar surface area (endapan kuarter-nya) sudah ada retakan-retakan yang dapat ditarik sesar ke arah SW hingga di perbukitan, yang pernah aku naiki kemarin. hehe…

    salam
    agus hendratno
    geologi ugm jogja

  15. Rovicky berkata:

    Ini adalah imil dari Pak Marufin ke Rovicky ketika berdiskusi tentang kemungkinan gempa penyebab mudflow di Porong-1

Tinggalkan komentar